Friday, August 23, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam bahasa
sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya tidak logis,
argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah
masuk akal dan tidak logis adalah sebaliknya.
Ilmu kita
pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil, lalu apakah manfaat yang
didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan informasi keilmuan
merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin
melepaskan kepentingannya terhadap logika.
Sebagai suatu
ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah, logika lahir dari
pemikir-pemikir Yunani yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam
perkembangannya, logika telah menarik minat dan dipelajari secara luas oleh
para filosof. Logika juga menarik minat filosof-filosof muslim sehingga menjadi
pembahasan yang menarik dalam masalah agama.
Logika tidak
mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk
yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai
pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan
kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati
agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan teratur.
Dengan demikian
kami menggangkat logika dan deduksi dalam sains sebagai bahan bahasan dalam
makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang menarik dan
mengandung daya positif.
B. Rumusan
Masalah
- Apakah
arti dari logika sebagai salah satu cabang dalam filsafat?
- Bagaimana sejarah logika?
- Apakah
fungsi logika dalam filsafat ilmu?
- Bagaimana pernyataan yang benar
dan yang salah?
- Bagaimanakah pernyataan umum
dan pernyataan khusus?
C.
Tujuan
1. Dapat mengetahui arti dari logika
Dapat mengetahui sejarah logika
3. Dapat mengetahui fungsi logika
4. Dapat mengetahui peryataan yang
benar dan yang salah
5. Dapat mengetahui pernyataan umum
dan penyataan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Logika
Logika berasal
dari kata Yunani Kuno yaitu Logos yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan
lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat
untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme
(Latin: logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis
pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari
kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur.
Ilmu disini
mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan.
Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu
logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan,
silogisme. Logika sebagai
ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya
penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran
yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia
yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari
pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan
kesimpulan.
Logika juga
merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam
praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis.
Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan
menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak
dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut
kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila
pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan
dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan
bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.
2.
Sejarah Logika
Logika dimulai
sejak Thales (624
SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala
dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal
budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah
arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu
Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian
mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica.
Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe
alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Sejak saat
Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan.
Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347
SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih
disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar,
dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat
dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles
adalah silogisme.
Pada 370
SM - 288 SM Theophrastus, murid
Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan
pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno
dari Citium 334 SM - 226
SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi
logika terjadi pada masa Galenus (130
M - 201
M) dan Sextus Empiricus 200
M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode
geometri.
Kaum Sofis,
Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis lahirnya
logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum
Stoa. Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin
pada abad II Hijriyah. Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam
perkembangan kebudayaan Islam. Namun juga mendapat reaksi yang berbeda-beda,
sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika,
Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan Jumhur Ulama membolehkan
bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Filosof Al-Kindi
mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan
lebih mendalam oleh Al-Farabi.
Selanjutnya
logika mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat dangkal dan
sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku logika seperti Isagoge dari
Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar
logika dari Bothius, dan sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua
berangkat dan mengembangkan logika Aristoteles.
Pada abad XIII
sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus,
Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan logika Aristoteles
yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus mengembangkan
metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan
kebenaran - kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif
dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika
aljabar untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel
Kant menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk
pemikiran yang mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang
mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand Russel, dan G. Frege tercatat sebagai
tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Logika Modern.
Pada abad 9
hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge
oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan
kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Lahirlah logika
modern dengan tokoh-tokoh seperti:
- Petrus
Hispanus 1210 - 1278)
- Roger
Bacon 1214-1292
- Raymundus
Lullus (1232 -1315) yang
menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan
semacam aljabar
pengertian.
- William
Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan
dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan
karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An
Essay Concrning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan
logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.
J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan
logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.
Lalu
logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
Ø Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari
Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan
lebih mempertajam kepastian.
Lalu
Chares
Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John
Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia
memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika
selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs).
Puncak
kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid
yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970)
.
3.
fungsi Logika
Logika membantu
manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran
dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak,
manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir
benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena itu
ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang
dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.
Selain
hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah
mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali
pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai
oleh suatu ilmu.
Selain itu
logika modern (terutama logika perlamba ng) dengan berbagai pengertian yang cermat, lambang yang
abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul
tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu
bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan
program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan
argumen.
Pengertian ilmu
logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir benar.
Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan
berpikir benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi. Yang
selanjutnya dikembangkan dalam bentuk silogisme.
Dari uraian
diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah sebagai berikut:
1. Membantu
setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,
tetap, tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu
berpikir benar.
2. Meningkatkan
kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan
mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis.
5. Meningkatkan
cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir kekeliruan
serta kesesatan.
6. Mampu
melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Sebagai ilmu
alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.
Karena yang
dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan berpikir benar maka
tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu
benar dalam berpikir. Itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan
aturan-aturan berpikir itu, disiplin atau tidak dalam menggunakan aturan-aturan
itu, sering berlatih, dan tentu saja punya tekad dalam kebenaran.
Kegunaan dari
kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin bertambah dan dimana
apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil keputusan dengan benar.
Disamping itu belajar logika juga sangat bermanfaat dalam manajemen waktu, dan
juga logika merupakan dasar ilmu psikologi yang paling mendasar. Intinya dengan
belajar logika kemampuan berpikir dan daya analisis kita semakin berkembang.
4.
Peryataan Yang
Benar Dan Yang Salah
Didalam logika formal suatu pernyataan yang mungkin benar
atau Salah dan tidak mungkin benar dan salah secara serempak. Kalau suatu
pernyataan benar, dikatakanlah bahwa nilai kebenaran pernyataan itu sama dengan
1, sedangkan kalau salah nilai kebenarannya sama dengan 0. Dalam logika formal
kita bersepakat tentang bagaimana caranya nilai kebenaran suatu pernyataan
majemuk harus ditentukan berdasarkan nilai argumen-argumennya.
5.
Pernyataan Umum
Dan Penyataan Khusus
Sewaktu kita membahas pernyataan berupa peubah, yang kita
bahas hanyalah peubah yang mempunyai atau tidak mempunyai satu ciri saja,
misalnya "ali pandai". Akan tetapi pernyataan yang kita hadapi
biasanya berbantuk lebih rumit, misalnya "Semua mahasiswa baru berijazah
SMA" dan “Ada mahasiswa pandai" tersirat pengertian bahwa seluruh
mahasiswa secara umum pandai. Oleh karena itu peryataan seperti itu dapat kita
namakan pernyataan umum, sedangkan pernyataan berikutnya yang hanya
mengungkapkan adanya sebagian mahasiswa yang pandai dapat kita namakan
pernyataan khusus.
Kalau pada suatu pengambilan kesimpulan kedua hipotesis berupa pernyataan
umum, maka kesimpulannya dapat diambil berdasarkan kaidah silogisme.
Dalam menangani penalaran yang mengandung pernyataan
khusus kita harus waspada membedakan antara unsur sembarang x dengan unsur khas
xo. Kalau dalam penalaran terlibat hanya pernyataan-pernyataan yang umum saja,
sembarang unsur x akan memenuhi kesemua pernyataan yang terlibat itu. Akan
tetapi kalau ada dua pernyataan khusus, suatu unsur yang memenuhi salah
satu pernyataan belum tentu memenuhi pernyataan khusus lainnya. Kalau hal ini
kurang mendapat perhatian akan ada kemungkinan membuat kesalahan penalaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan-penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa :
1. logika berasal
dari bahasa latin yaitu dari kata logos berarti perkataan atau sabda.
2. Secara umum
logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
3. Logika ini
dimulai dari tahun 624 SM sampai 548 SM oleh Thales yang disebut sebagai Bapak
Filsafat kemudian dikembangkan kembali oleh Aristoteles dengan mengenalkan
logika sebagai ilmu.
4. Logika sangat
berguna bagi kehidupan manusia untuk berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur
demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
5. Dalam pengabil
kesimpulan dalam ilmu pengetahuan dapat digunakan logika formal
B. Saran
Logika sebagai
cabang dalam filsafat ilmu menuntun kita untuk berpikir benar dan tidak salah
dalam mengambil keputusan. Selain itu berpikir secara logika mampu melatih kita
untuk berpikir secara lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan dalam pemecahan suatu masalah.
DAFTAR
PUSTAKA
http://integralist.blogspot.com/2010/03/transformasi-filsafat-ilmu
hhttp://logika
formal dan logika dialektik.com/2010/03/transformasi-filsafat-ilmu.ht
Makalah Logika dan Dedukasi Dalam Sains
Posted by
Potoutusan Group on Friday, August 23, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam bahasa
sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya tidak logis,
argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah
masuk akal dan tidak logis adalah sebaliknya.
Ilmu kita
pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil, lalu apakah manfaat yang
didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan informasi keilmuan
merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin
melepaskan kepentingannya terhadap logika.
Sebagai suatu
ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah, logika lahir dari
pemikir-pemikir Yunani yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam
perkembangannya, logika telah menarik minat dan dipelajari secara luas oleh
para filosof. Logika juga menarik minat filosof-filosof muslim sehingga menjadi
pembahasan yang menarik dalam masalah agama.
Logika tidak
mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk
yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai
pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan
kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati
agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan teratur.
Dengan demikian
kami menggangkat logika dan deduksi dalam sains sebagai bahan bahasan dalam
makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang menarik dan
mengandung daya positif.
B. Rumusan
Masalah
- Apakah
arti dari logika sebagai salah satu cabang dalam filsafat?
- Bagaimana sejarah logika?
- Apakah
fungsi logika dalam filsafat ilmu?
- Bagaimana pernyataan yang benar
dan yang salah?
- Bagaimanakah pernyataan umum
dan pernyataan khusus?
C.
Tujuan
1. Dapat mengetahui arti dari logika
Dapat mengetahui sejarah logika
3. Dapat mengetahui fungsi logika
4. Dapat mengetahui peryataan yang
benar dan yang salah
5. Dapat mengetahui pernyataan umum
dan penyataan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Logika
Logika berasal
dari kata Yunani Kuno yaitu Logos yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan
lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat
untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme
(Latin: logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis
pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari
kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur.
Ilmu disini
mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan.
Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu
logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan,
silogisme. Logika sebagai
ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya
penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran
yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia
yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari
pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan
kesimpulan.
Logika juga
merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam
praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis.
Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan
menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak
dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut
kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila
pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan
dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan
bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.
2.
Sejarah Logika
Logika dimulai
sejak Thales (624
SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala
dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal
budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah
arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu
Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian
mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica.
Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe
alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Sejak saat
Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan.
Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347
SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih
disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar,
dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat
dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles
adalah silogisme.
Pada 370
SM - 288 SM Theophrastus, murid
Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan
pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno
dari Citium 334 SM - 226
SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi
logika terjadi pada masa Galenus (130
M - 201
M) dan Sextus Empiricus 200
M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode
geometri.
Kaum Sofis,
Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis lahirnya
logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum
Stoa. Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin
pada abad II Hijriyah. Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam
perkembangan kebudayaan Islam. Namun juga mendapat reaksi yang berbeda-beda,
sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika,
Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan Jumhur Ulama membolehkan
bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Filosof Al-Kindi
mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan
lebih mendalam oleh Al-Farabi.
Selanjutnya
logika mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat dangkal dan
sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku logika seperti Isagoge dari
Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar
logika dari Bothius, dan sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua
berangkat dan mengembangkan logika Aristoteles.
Pada abad XIII
sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus,
Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan logika Aristoteles
yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus mengembangkan
metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan
kebenaran - kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif
dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika
aljabar untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel
Kant menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk
pemikiran yang mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang
mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand Russel, dan G. Frege tercatat sebagai
tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Logika Modern.
Pada abad 9
hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge
oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan
kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Lahirlah logika
modern dengan tokoh-tokoh seperti:
- Petrus
Hispanus 1210 - 1278)
- Roger
Bacon 1214-1292
- Raymundus
Lullus (1232 -1315) yang
menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan
semacam aljabar
pengertian.
- William
Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan
dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan
karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An
Essay Concrning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan
logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.
J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan
logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.
Lalu
logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
Ø Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari
Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan
lebih mempertajam kepastian.
Lalu
Chares
Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John
Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia
memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika
selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs).
Puncak
kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid
yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970)
.
3.
fungsi Logika
Logika membantu
manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran
dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak,
manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir
benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena itu
ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang
dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.
Selain
hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah
mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali
pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai
oleh suatu ilmu.
Selain itu
logika modern (terutama logika perlamba ng) dengan berbagai pengertian yang cermat, lambang yang
abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul
tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu
bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan
program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan
argumen.
Pengertian ilmu
logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir benar.
Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan
berpikir benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi. Yang
selanjutnya dikembangkan dalam bentuk silogisme.
Dari uraian
diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah sebagai berikut:
1. Membantu
setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,
tetap, tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu
berpikir benar.
2. Meningkatkan
kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan
mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis.
5. Meningkatkan
cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir kekeliruan
serta kesesatan.
6. Mampu
melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Sebagai ilmu
alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.
Karena yang
dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan berpikir benar maka
tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu
benar dalam berpikir. Itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan
aturan-aturan berpikir itu, disiplin atau tidak dalam menggunakan aturan-aturan
itu, sering berlatih, dan tentu saja punya tekad dalam kebenaran.
Kegunaan dari
kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin bertambah dan dimana
apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil keputusan dengan benar.
Disamping itu belajar logika juga sangat bermanfaat dalam manajemen waktu, dan
juga logika merupakan dasar ilmu psikologi yang paling mendasar. Intinya dengan
belajar logika kemampuan berpikir dan daya analisis kita semakin berkembang.
4.
Peryataan Yang
Benar Dan Yang Salah
Didalam logika formal suatu pernyataan yang mungkin benar
atau Salah dan tidak mungkin benar dan salah secara serempak. Kalau suatu
pernyataan benar, dikatakanlah bahwa nilai kebenaran pernyataan itu sama dengan
1, sedangkan kalau salah nilai kebenarannya sama dengan 0. Dalam logika formal
kita bersepakat tentang bagaimana caranya nilai kebenaran suatu pernyataan
majemuk harus ditentukan berdasarkan nilai argumen-argumennya.
5.
Pernyataan Umum
Dan Penyataan Khusus
Sewaktu kita membahas pernyataan berupa peubah, yang kita
bahas hanyalah peubah yang mempunyai atau tidak mempunyai satu ciri saja,
misalnya "ali pandai". Akan tetapi pernyataan yang kita hadapi
biasanya berbantuk lebih rumit, misalnya "Semua mahasiswa baru berijazah
SMA" dan “Ada mahasiswa pandai" tersirat pengertian bahwa seluruh
mahasiswa secara umum pandai. Oleh karena itu peryataan seperti itu dapat kita
namakan pernyataan umum, sedangkan pernyataan berikutnya yang hanya
mengungkapkan adanya sebagian mahasiswa yang pandai dapat kita namakan
pernyataan khusus.
Kalau pada suatu pengambilan kesimpulan kedua hipotesis berupa pernyataan
umum, maka kesimpulannya dapat diambil berdasarkan kaidah silogisme.
Dalam menangani penalaran yang mengandung pernyataan
khusus kita harus waspada membedakan antara unsur sembarang x dengan unsur khas
xo. Kalau dalam penalaran terlibat hanya pernyataan-pernyataan yang umum saja,
sembarang unsur x akan memenuhi kesemua pernyataan yang terlibat itu. Akan
tetapi kalau ada dua pernyataan khusus, suatu unsur yang memenuhi salah
satu pernyataan belum tentu memenuhi pernyataan khusus lainnya. Kalau hal ini
kurang mendapat perhatian akan ada kemungkinan membuat kesalahan penalaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan-penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa :
1. logika berasal
dari bahasa latin yaitu dari kata logos berarti perkataan atau sabda.
2. Secara umum
logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
3. Logika ini
dimulai dari tahun 624 SM sampai 548 SM oleh Thales yang disebut sebagai Bapak
Filsafat kemudian dikembangkan kembali oleh Aristoteles dengan mengenalkan
logika sebagai ilmu.
4. Logika sangat
berguna bagi kehidupan manusia untuk berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur
demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
5. Dalam pengabil
kesimpulan dalam ilmu pengetahuan dapat digunakan logika formal
B. Saran
Logika sebagai
cabang dalam filsafat ilmu menuntun kita untuk berpikir benar dan tidak salah
dalam mengambil keputusan. Selain itu berpikir secara logika mampu melatih kita
untuk berpikir secara lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan dalam pemecahan suatu masalah.
DAFTAR
PUSTAKA
http://integralist.blogspot.com/2010/03/transformasi-filsafat-ilmu
hhttp://logika
formal dan logika dialektik.com/2010/03/transformasi-filsafat-ilmu.ht
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment