Monday, September 23, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar
merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam upaya
meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan dan
peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri.
Belajar adalah salah satu
aktivitas siswa yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar diperoleh
melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga pendidikan
formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya terjadi kegiatan
belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Tujuan
belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau memperoleh pengetahuan yang
tercantum melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan
intelektual yang dimilikinya.
Biasanya
kemampuan siswa dalam belajar seringkali dikaitkan dengan kemampuan
intelektualnya. Pengukuran kemampuan intelektual ini ditunjukkan oleh hasil tes
IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual. Siswa dengan IQ >
110 tergolong kedalam siswa dengan kemampuan diatas rata-rata, siswa dengan
rentang IQ 90-109 tergolong kedalam rata-rata normal, dan IQ < 90 tergolong
kedalam rata-rata rendah atau siswa dengan kemampuan rendah.
Ada siswa dengan kecerdasan
intelektual diatas rata-rata/rata-rata tinggi namun tidak menunjukkan prestasi
yang memuaskan yang sesuai dengan kemampuannya yang diharapkan dalam belajar.
Kemudian ada siswa yang mendapatkan kesempatan yang baik dalam belajar, dengan
kemampuan yang cukup baik, namun tidak menunjukkan prestasi yang cukup baik
dalam belajar. Dan ada pula siswa yang sangat bersungguh-sungguh dalam belajar
dengan kemampuan yang kurang dan prestasi belajarnya tetap saja kurang.
Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hambatan dan masalah dalam proses belajar siswa itu
sendiri, baik dalam prosesnya di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, guru
selaku pendidik dituntut untuk selalu dpat memberikan dorongan/motivasi kepada
siswanya yang kurang bersemangat dalam belajar dan meberikan solusi terhadap
permasalahan belajar yang dihadapi siswanya.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa
pengertian masalah belajar ?
2.
Apa
sajakah jenis-jenis masalah belajar ?
3.
Bagaimana
cara mengungkapkan masalah belajar ?
4.
Upaya
apa saja yang harus dilakukan untuk menangani masalah belajar ?
C.
Tujuan
1.
Agar
mengetahui pengertian dari masalah belajar
2.
Agar
mengetahui apa saja jenis-jenis masalah belajar
3.
Agar
bisa mengetahui bagaimana cara mengungkap masalah belajar
4.
Agar
mengetahui apa saja yang harus dilakukan untuk menangani masalah belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian masalah belajar
Banyak
ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu
hal yang tidak mengenakan.
Prayitno
(1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan.
Sedangkan
menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan,
yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil
dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu
dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut
(Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam
arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari
definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau
didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu
yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu
berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat
menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai
atau cerdas.
2.
Jenis-jenis masalah belajar
Dalam pengertian masalah belajar di
atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis siswa yang mengalami permasalahan dalam
belajar, yaitu sebagai berikut:
1.
Siswa yang tidak mampu mencapai
tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-teman
seusianya yang ada dalam kelas yang sama. Sesuai dengan tujuan belajar yang
tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu
pelajaran jika telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang studi. KKM dibuat berdasarkan intake
(pencapaian) siswa di dalam kelas. Apabila seorang siswa tidak mencapai
kriteria tersebut, maka yang bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran
tersebut.
2.
Siswa yang mengalami keterlambatan
akademik, yakni siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi
tetapi tidak menggunakan kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa
yang terdapat dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa
dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang
menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupan
kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa yang
seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa menerima kondisi
sekitarnya.
3.
Siswa yang secara nyata tidak dapat
mencapai kemampuannya sendiri (tingkat IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya,
yaitu siswa yang memiliki intelegensi diatas rata-rata normal tetapi tidak
mencapai tujuan belajar yang optimal. Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A
sebanyak 65, kemudian nilai yang dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan
tingkat intelegensi seperti itu, yang bersangkutan bisa mendapat nilai minimal
80 bahkan lebih.
4.
Siswa yang sangat lambat dalam
belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik yang kurang memadai
dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
Siswa yang mengalami kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran.
Seringkali Guru kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan
pelajaran tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian
masalah semacam ini.
5.
Siswa yang kekurangan motivasi dalam
belajar, yakni keadaan atau kondisi siswa yang kurang bersemangat dalam belajar
seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung
oleh kondisi atau lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan
belajar siswa. Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam
proses belajar anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga
belajar menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang
merupakan media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi
siswa itu sendiri.
6.
Siswa yang bersikap dan memiliki
kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatannya atau
perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka
menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya. Besarnya kesempatan yang
diberikan oleh Guru untuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur
pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang
terlalu disiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian
(attention) yang seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7.
Siswa yang sering tidak mengikuti
proses belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa yang sering tidak hadir
atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan
sebagian besar kegiatan belajarnya. Seringkali materi pelajaran yang telah disampaikan
oleh Guru pada pertemuan jauh sebelumnya kemudian siswa dituntut untuk
mengikuti dan menguasai materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat
menyebabkan si siswa menjadi tertekan dan terbebani oleh materi belajar yang
banyak.
8.
Siswa yang mengalami penyimpangan
perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial. Pergaulan antar
teman sepermainan yang tidak seumuran dan tidak mengeyam bangku pendidikan
menyebabkan si anak atau siswa terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan
yang serampangan, seperti berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang
lebih tua, sering membuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat.
Kemudian siswa yang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut kedalam
lingkungan sekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman lainnya terpengaruh
dengan pola perilakunya, baik dalam berbicara ataupun dalam memperlakukan orang
lain.
3.
Cara
mengungkap masalah belajar
Banyak
cara dalam mengungkapkan masalah/kesulitan belajar diantaranya:
1.
Pengamatan
langsung ( observasi ) pengamatan merupakan teknik untuk merekam secara
langsung kegiatan-kegiatan yang sedang terjadi. Pengamatan dapat dilaksanakan
dengan berencana atau isidentil. Pengamatan berencana telah dipersiapkan secara
sistematik baik mengenai waktunya, alatnya, maupun aspek-aspek yang akan
diamati. Pengamatan isidentil dilakukan sewaktu-waktu bila terjadi suatu
kejadian yang menarik. Agar data yang dikumpulkan dengan pengamatan dapat
dicatat dengan sebaik-baiknya diperlukan pedoman pengamatan. Bentuk-bentuk
pedoman pengamatan antara lain :
-
Catatan
anekdot (anecdotal record)
-
Daftar
cek (check list)
-
Skala
penilaian (rating scale)
-
Pencatatan
dengan menggunakan alat Guru juga selaku pengamat, melakukan pengamatan
terhadap perilaku peserta didik. Dalam pengamatan tersebut guru juga
mewawancarai peserta didik atau teman belajarnya. Bila sudah ditemukan, maka
sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar.
2.
Pengungkapan
Hasil Belajar Untuk mengungkapkan masalah/kesulitan belajar yang berhubungan
dengan hasil belajar langkah berikutnya adalah pengolahan data. Data yang
terkumpul dari kegiatan pengamatan/observasi tersebut, diolah secara cermat.
Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab
kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Dalam
pengolahan data, beberapa kegiatan yang dapat ditempuh antara lain adalah:
a)
Identifikasi
kasus
b)
Membandingkan
antar kasus
c)
Membandingkan
dengan hasil tes, dan
d) Menarik kesimpulan.
Dengan
mengetahui gejala diatas, maka mudah kita dapat mengenal dan menemukan siswa
yang diperkirakan mengalami kesulitan beiajar.
3.
Tes
Diagnotis
Tes
diagnotis adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut Cronbach, tes
adalah : suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakukan dari dua
orang atau lebih.Untuk mengetahui peserta didik yang mengalami masalah/
kesulitan belajar sebaiknya tes buatan guru (teacher made test) yang
dipergunakan, yaitu tes diagnoting (tes psikologis), sebab yang mengalami
kesulitan belajar itu disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat/ minat,
mentalnya minder, dan Iain-lain sehingga diperlukan tes psikologis.
4.
Tes
Bakat/ Minat.
Tes-tes
Intelegensi, tes bakat, tes kepribadian dan watak dan juga tes- tes pekerjaan
keahlian ternyata dapat menghasilkan petunjuk-petunjuk terhadap tingkat
ebilitas khusus individu, dengan kata lain hasil dari tes-tes tersebut
diperoleh beberapa tingkat penafsiran yang reliable,diantaranya adalah :
1.
Tes
bakat akademik / academic aptitude
2.
Tes
kesenian dan musik/art and musiG aptitude
3.
Tes
bakat mekanis/mechanical aptitude
4.
Tes
bakat administrasi/clerical aptitude
5.
Tes
bakat untuk pekerjaan keahlian / aptitude for professional work
6.
Daftar
minat/interest inventories
7.
Pengungkapan
Sikap dan Kebiasaan Belajar Sikap peserta didik, yang negatif terlihat dalam
suatu pembelajaran, menunjukkan, diantaranya adalah :
- Sikap acuh tak acuh dan berpura-pura.
- Tidak suka dengan kepribadian guru dan
metode/ pendekatan dalam pelaksanaan KBM.
- Tidak suka pada mata pelajaran tertentu.
- Sering menganggap remeh suatu persoalan
4.
Upaya
menangani masalah belajar
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi masalah
belajar pada siswa sekolah dasar adalah sebagai berikut di bawah ini.
1.
Pemberian
Pengajaran Perbaikan
Pemberian Pengajaran Perbaikan Bermaksud untuk memberikan penyembuhan atau
pembetulan terhadap perolehan hasil belajar siswa yang mengalami penurunan atau
kurang memuaskan, dengan tujuan agar siswa dengan pemberian pengajaran
perbaikan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pemberian pengajaran perbaikan
merupakan pemberian suatu pengajaran kepada siswa atau sekelompok siswa yang
mempunyai permasalahan belajar agar permasalahan dan kesalahan yang dihadapi
siswa tersebut dalam hasil belajarnya dapat diperbaiki.
Dalam pelaksanaannya, pemberian pengajaran perbaikan disesuaikan dengan
jenis, sifat dan latar belakang permasalahan yang dihadapi siswa. Oleh karena
itu, pemberian pengajaran perbaikan bersifat lebih khusus dibanding dengan
pengajaran pada biasanya. Selain itu, siswa yang mempunyai permasalahan belajar
dengan siswa yang mengikuti pelajaran di kelas pada biasanya memiliki sedikit
perbedaan, yaitu jika di dalam kelas biasanya, unsur emosionalnya dapat
dikurangi, namun sebaliknya, pada siswa yang mempunyai permasalahan belajar
memiliki perasaan yang takut, cemas, kadang tidak tenteram, bingung dan bahkan
bimbang.
2.
Melakukan
Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah suatu bentuk layanan yang diberikan kepada siswa
atau sekelompok siswa yang belajarnya sangat cepat. Hal ini bertujuan untuk
memberikan tugas-tugas tambahan untuk menambah dan memperluas pengetahuan dan
keterampilan yang diperolehnya dalam kegiatan pembelajaran pada sebelumnya.
Kegiatan pengayaan diberikan kepada siswa yang cepat belajar, karena siswa yang
demikian ini selalu dapat mengerjakan tugasnya dengan cepat dibanding dengan
teman-temannya yang lain. Bagi siswa yang memiliki kemampuan tersebut, tentunya
akan mempunyai dampak yang positif apabila siswa tersebut diberikan perhatian
dan penghargaan atas keberhasilan serta kemampuannya dalam belajarnya tersebut.
dengan demikian, siswa tersebut akan berusaha untuk tetap mencapai apa yang
dimiliki atas prestasinya. Jika siswa yang memiliki cepat belajar tersebut
kurang diperhatikan dan bahkan kurang dihargai, maka siswa tersebut dapat
berdampak negatif pada perkembangan selanjutnya, seperti menjadi seseorang yang
patah hati, tidak memiliki semangat, jera, dan jengkel. Dari perlakuan yang
diterimnya itu, maka siswa ini dapat menimbulkan menurunnya prestasi belajarnya.
3.
Memberikan
Peningkatan Motivasi Belajar
Memberikan peningkatan motivasi belajar kepada siswa secara konsisten dan
kontinu, merupakan suatu usaha yang harus dilakukan guru kepada siswanya agar
siswanya dapat termotivasi untuk lebih giat dalam belajar dan mengikuti
pelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan guru yaitu dengan.
a.
Memberikan
penjelasan tentang tujuan-tujuan belajar. Siswa akan merasa tertarik untuk
mengikuti pelajaran bila siswa dapat mengetahui tujuan yang akan diperolehnya
setelah ia mengikuti pelajaran.
b.
Guru dapat
menyesuaikan metode,strategi dan model
pembelajaran yang menyesuaikan dengan bakat, minat
dan kemampuan siswa.
c.
Guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memberi tantangan, rangsangan, dan
tentunya menyenagkan siswa.
d.
Jika
diperlukan, guru dapat memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (yang bersifat
membimbing ke arah peningkatan siswa).
e.
Guru diharapkan
dapat menciptakan suasana yang nyaman, hangat dan dinamis antara guru dan siswa, siswa dan siswa baik di kelas
maupun di luar kelas.
f.
Hindarkan
pemberian suasana belajar yang dapat memberi tekanan, mengecewakan,
membingungkan dan menjengkelkan siswa.
g.
Sekolah
senantiasa dapat melengkapi sumber, media, sarana dan prasarana belajar yang
mendukung siswa.
h.
Mempelajari
hasil belajar yang diperoleh
4.
Memberikan
Peningkatan Keterampilan Belajar
Pemberian peningkatan keterampilan belajar pada siswa dapat diberikan
kepada siswa untuk mengasah keterampilan dan bakat yang dimilikinya. Memberikan
keterampilan belajar pada siswa merupakan usaha untuk membantu siswa supaya
aktif menggali dan mandiri dalam proses belajarnya.
Hal yang dapat dilakukan guru yaitu.
a. Membuat catatan ketika guru mengajar
b. Membuat ringkasan dari bacaan yang
sudah dibacanya.
c. Mengerjakan latihan-latihan soal
5.
Memberikan
Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Yang Baik
Siswa sekolah dasar merupakan individu yang sangat unik dan memiliki
karakter yang berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain. Karena itu,
tidak tertutup kemungkinan adanya siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan
belajar yang tidak sesuai harapan. Siswa dengan sikap yang tidak baik, dapat
dikwatirkan tidak dapat mencapai prestasi belajarnya dengan baik. Hasil belajar
yang baik dan optimal dapat diperoleh dengan usaha yang dilakukan oleh siswa
yang baik pula. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak serta tumbuh secara
kebetulan, namun perlu proses penumbuhan dan bantuan yang terencana, dan
tersusun, terutama oleh para guru kelas sebagai wali kelasnya dan juga peran
orang tua sebagai pendidikan dalam keluarga.
Cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan
belajar siswa yang baik adalah.
a.
Membantu siswa
dalam menyusun rencana yang baik. Rencana yang dimaksud ini memuat tentang
pokok dan subpokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan yang akan dicapai.
b.
Membantu siswa
mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. dalam hal ini guru memberi
bimbingan tentang hal-hal apa saja yang harus dikerjakan sebelum mengikuti
proses belajar mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat materi yang
disampaikan guru, dan kegiatan yang harus dilakukan setelah mengikuti proses
pembelajaran.
c.
Memberi
pelatihan dengan cara membaca dengan cepat. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengarahkan siswa untuk dapat mencari dan menggali informasi atau pengetahuan
dari berbagai sumber belajar yang dibacanya.
d.
Memberikan
pelatihan kepada siswa untuk dapat mempelajari buku pelajaran dengan efektif
dan efisien.
e.
Membiasakan
siswa untuk selalu mengerjakan tugas secara teratur, bersih dan rapi.
f.
Membuat dan
memantau serta mengawasi siswa secara berkesinambungan untuk mematuhi jadwal
belajar yang sudah ditetapkan bersama guru dan siswa.
g.
Memantau dan
memeriksa perkembangan secara wajar dan kesehatan siswa dengan cara memindahkan
tempat duduk siswa secara berkala, membetulkan tempat duduk siswa yang terlalu
membungkuk atau jarak mata dengan buku yang kurang baik, memeriksa kuku dan
lain-lain.
h.
Membantu siswa
mempersiapkan diri dalam mengikuti ujian dengan cara memberikan bimbingan dalam
persiapan mental, penguasaan bahan ajar, cara-cara dalam menjawab soal ujian.
Bila cara-cara tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik, maka harapannya semoga siswa-siswi sekolah dasar memiliki minat
belajar yang tinggi dan tidak memiliki hambatan dan kesulitan dalam belajar.
Sehingga nantinya dapat menjadi penerus bangsa yang cakap, terampil dan berbudi
pekerti yang baik, sarta mampu menyelesaikan tiap aspek persoalan bangsa di
masa mendatang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah
belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa sehingga
dapat menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan dan
memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan tetapi
juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata
normal atau tinggi.
B.
Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Daftar Pustaka
Sofah,
Rahmi. 2005. Bahan Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Dosen
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran
Terprogram. Jakarta: RAJAWALI PERS.
Potoutusan Group September 23, 2019 CB Blogger Indonesia
Makalah Masalah-masalah Belajar
Posted by
Potoutusan Group on Monday, September 23, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar
merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam upaya
meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan dan
peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri.
Belajar adalah salah satu
aktivitas siswa yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar diperoleh
melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga pendidikan
formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya terjadi kegiatan
belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Tujuan
belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau memperoleh pengetahuan yang
tercantum melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan
intelektual yang dimilikinya.
Biasanya
kemampuan siswa dalam belajar seringkali dikaitkan dengan kemampuan
intelektualnya. Pengukuran kemampuan intelektual ini ditunjukkan oleh hasil tes
IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual. Siswa dengan IQ >
110 tergolong kedalam siswa dengan kemampuan diatas rata-rata, siswa dengan
rentang IQ 90-109 tergolong kedalam rata-rata normal, dan IQ < 90 tergolong
kedalam rata-rata rendah atau siswa dengan kemampuan rendah.
Ada siswa dengan kecerdasan
intelektual diatas rata-rata/rata-rata tinggi namun tidak menunjukkan prestasi
yang memuaskan yang sesuai dengan kemampuannya yang diharapkan dalam belajar.
Kemudian ada siswa yang mendapatkan kesempatan yang baik dalam belajar, dengan
kemampuan yang cukup baik, namun tidak menunjukkan prestasi yang cukup baik
dalam belajar. Dan ada pula siswa yang sangat bersungguh-sungguh dalam belajar
dengan kemampuan yang kurang dan prestasi belajarnya tetap saja kurang.
Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hambatan dan masalah dalam proses belajar siswa itu
sendiri, baik dalam prosesnya di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, guru
selaku pendidik dituntut untuk selalu dpat memberikan dorongan/motivasi kepada
siswanya yang kurang bersemangat dalam belajar dan meberikan solusi terhadap
permasalahan belajar yang dihadapi siswanya.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa
pengertian masalah belajar ?
2.
Apa
sajakah jenis-jenis masalah belajar ?
3.
Bagaimana
cara mengungkapkan masalah belajar ?
4.
Upaya
apa saja yang harus dilakukan untuk menangani masalah belajar ?
C.
Tujuan
1.
Agar
mengetahui pengertian dari masalah belajar
2.
Agar
mengetahui apa saja jenis-jenis masalah belajar
3.
Agar
bisa mengetahui bagaimana cara mengungkap masalah belajar
4.
Agar
mengetahui apa saja yang harus dilakukan untuk menangani masalah belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian masalah belajar
Banyak
ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu
hal yang tidak mengenakan.
Prayitno
(1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan.
Sedangkan
menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan,
yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil
dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu
dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut
(Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam
arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari
definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau
didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu
yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu
berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat
menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai
atau cerdas.
2.
Jenis-jenis masalah belajar
Dalam pengertian masalah belajar di
atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis siswa yang mengalami permasalahan dalam
belajar, yaitu sebagai berikut:
1.
Siswa yang tidak mampu mencapai
tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-teman
seusianya yang ada dalam kelas yang sama. Sesuai dengan tujuan belajar yang
tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu
pelajaran jika telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang studi. KKM dibuat berdasarkan intake
(pencapaian) siswa di dalam kelas. Apabila seorang siswa tidak mencapai
kriteria tersebut, maka yang bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran
tersebut.
2.
Siswa yang mengalami keterlambatan
akademik, yakni siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi
tetapi tidak menggunakan kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa
yang terdapat dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa
dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang
menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupan
kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa yang
seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa menerima kondisi
sekitarnya.
3.
Siswa yang secara nyata tidak dapat
mencapai kemampuannya sendiri (tingkat IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya,
yaitu siswa yang memiliki intelegensi diatas rata-rata normal tetapi tidak
mencapai tujuan belajar yang optimal. Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A
sebanyak 65, kemudian nilai yang dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan
tingkat intelegensi seperti itu, yang bersangkutan bisa mendapat nilai minimal
80 bahkan lebih.
4.
Siswa yang sangat lambat dalam
belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik yang kurang memadai
dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
Siswa yang mengalami kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran.
Seringkali Guru kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan
pelajaran tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian
masalah semacam ini.
5.
Siswa yang kekurangan motivasi dalam
belajar, yakni keadaan atau kondisi siswa yang kurang bersemangat dalam belajar
seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung
oleh kondisi atau lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan
belajar siswa. Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam
proses belajar anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga
belajar menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang
merupakan media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi
siswa itu sendiri.
6.
Siswa yang bersikap dan memiliki
kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatannya atau
perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka
menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya. Besarnya kesempatan yang
diberikan oleh Guru untuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur
pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang
terlalu disiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian
(attention) yang seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7.
Siswa yang sering tidak mengikuti
proses belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa yang sering tidak hadir
atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan
sebagian besar kegiatan belajarnya. Seringkali materi pelajaran yang telah disampaikan
oleh Guru pada pertemuan jauh sebelumnya kemudian siswa dituntut untuk
mengikuti dan menguasai materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat
menyebabkan si siswa menjadi tertekan dan terbebani oleh materi belajar yang
banyak.
8.
Siswa yang mengalami penyimpangan
perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial. Pergaulan antar
teman sepermainan yang tidak seumuran dan tidak mengeyam bangku pendidikan
menyebabkan si anak atau siswa terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan
yang serampangan, seperti berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang
lebih tua, sering membuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat.
Kemudian siswa yang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut kedalam
lingkungan sekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman lainnya terpengaruh
dengan pola perilakunya, baik dalam berbicara ataupun dalam memperlakukan orang
lain.
3.
Cara
mengungkap masalah belajar
Banyak
cara dalam mengungkapkan masalah/kesulitan belajar diantaranya:
1.
Pengamatan
langsung ( observasi ) pengamatan merupakan teknik untuk merekam secara
langsung kegiatan-kegiatan yang sedang terjadi. Pengamatan dapat dilaksanakan
dengan berencana atau isidentil. Pengamatan berencana telah dipersiapkan secara
sistematik baik mengenai waktunya, alatnya, maupun aspek-aspek yang akan
diamati. Pengamatan isidentil dilakukan sewaktu-waktu bila terjadi suatu
kejadian yang menarik. Agar data yang dikumpulkan dengan pengamatan dapat
dicatat dengan sebaik-baiknya diperlukan pedoman pengamatan. Bentuk-bentuk
pedoman pengamatan antara lain :
-
Catatan
anekdot (anecdotal record)
-
Daftar
cek (check list)
-
Skala
penilaian (rating scale)
-
Pencatatan
dengan menggunakan alat Guru juga selaku pengamat, melakukan pengamatan
terhadap perilaku peserta didik. Dalam pengamatan tersebut guru juga
mewawancarai peserta didik atau teman belajarnya. Bila sudah ditemukan, maka
sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar.
2.
Pengungkapan
Hasil Belajar Untuk mengungkapkan masalah/kesulitan belajar yang berhubungan
dengan hasil belajar langkah berikutnya adalah pengolahan data. Data yang
terkumpul dari kegiatan pengamatan/observasi tersebut, diolah secara cermat.
Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab
kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Dalam
pengolahan data, beberapa kegiatan yang dapat ditempuh antara lain adalah:
a)
Identifikasi
kasus
b)
Membandingkan
antar kasus
c)
Membandingkan
dengan hasil tes, dan
d) Menarik kesimpulan.
Dengan
mengetahui gejala diatas, maka mudah kita dapat mengenal dan menemukan siswa
yang diperkirakan mengalami kesulitan beiajar.
3.
Tes
Diagnotis
Tes
diagnotis adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut Cronbach, tes
adalah : suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakukan dari dua
orang atau lebih.Untuk mengetahui peserta didik yang mengalami masalah/
kesulitan belajar sebaiknya tes buatan guru (teacher made test) yang
dipergunakan, yaitu tes diagnoting (tes psikologis), sebab yang mengalami
kesulitan belajar itu disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat/ minat,
mentalnya minder, dan Iain-lain sehingga diperlukan tes psikologis.
4.
Tes
Bakat/ Minat.
Tes-tes
Intelegensi, tes bakat, tes kepribadian dan watak dan juga tes- tes pekerjaan
keahlian ternyata dapat menghasilkan petunjuk-petunjuk terhadap tingkat
ebilitas khusus individu, dengan kata lain hasil dari tes-tes tersebut
diperoleh beberapa tingkat penafsiran yang reliable,diantaranya adalah :
1.
Tes
bakat akademik / academic aptitude
2.
Tes
kesenian dan musik/art and musiG aptitude
3.
Tes
bakat mekanis/mechanical aptitude
4.
Tes
bakat administrasi/clerical aptitude
5.
Tes
bakat untuk pekerjaan keahlian / aptitude for professional work
6.
Daftar
minat/interest inventories
7.
Pengungkapan
Sikap dan Kebiasaan Belajar Sikap peserta didik, yang negatif terlihat dalam
suatu pembelajaran, menunjukkan, diantaranya adalah :
- Sikap acuh tak acuh dan berpura-pura.
- Tidak suka dengan kepribadian guru dan
metode/ pendekatan dalam pelaksanaan KBM.
- Tidak suka pada mata pelajaran tertentu.
- Sering menganggap remeh suatu persoalan
4.
Upaya
menangani masalah belajar
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi masalah
belajar pada siswa sekolah dasar adalah sebagai berikut di bawah ini.
1.
Pemberian
Pengajaran Perbaikan
Pemberian Pengajaran Perbaikan Bermaksud untuk memberikan penyembuhan atau
pembetulan terhadap perolehan hasil belajar siswa yang mengalami penurunan atau
kurang memuaskan, dengan tujuan agar siswa dengan pemberian pengajaran
perbaikan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pemberian pengajaran perbaikan
merupakan pemberian suatu pengajaran kepada siswa atau sekelompok siswa yang
mempunyai permasalahan belajar agar permasalahan dan kesalahan yang dihadapi
siswa tersebut dalam hasil belajarnya dapat diperbaiki.
Dalam pelaksanaannya, pemberian pengajaran perbaikan disesuaikan dengan
jenis, sifat dan latar belakang permasalahan yang dihadapi siswa. Oleh karena
itu, pemberian pengajaran perbaikan bersifat lebih khusus dibanding dengan
pengajaran pada biasanya. Selain itu, siswa yang mempunyai permasalahan belajar
dengan siswa yang mengikuti pelajaran di kelas pada biasanya memiliki sedikit
perbedaan, yaitu jika di dalam kelas biasanya, unsur emosionalnya dapat
dikurangi, namun sebaliknya, pada siswa yang mempunyai permasalahan belajar
memiliki perasaan yang takut, cemas, kadang tidak tenteram, bingung dan bahkan
bimbang.
2.
Melakukan
Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah suatu bentuk layanan yang diberikan kepada siswa
atau sekelompok siswa yang belajarnya sangat cepat. Hal ini bertujuan untuk
memberikan tugas-tugas tambahan untuk menambah dan memperluas pengetahuan dan
keterampilan yang diperolehnya dalam kegiatan pembelajaran pada sebelumnya.
Kegiatan pengayaan diberikan kepada siswa yang cepat belajar, karena siswa yang
demikian ini selalu dapat mengerjakan tugasnya dengan cepat dibanding dengan
teman-temannya yang lain. Bagi siswa yang memiliki kemampuan tersebut, tentunya
akan mempunyai dampak yang positif apabila siswa tersebut diberikan perhatian
dan penghargaan atas keberhasilan serta kemampuannya dalam belajarnya tersebut.
dengan demikian, siswa tersebut akan berusaha untuk tetap mencapai apa yang
dimiliki atas prestasinya. Jika siswa yang memiliki cepat belajar tersebut
kurang diperhatikan dan bahkan kurang dihargai, maka siswa tersebut dapat
berdampak negatif pada perkembangan selanjutnya, seperti menjadi seseorang yang
patah hati, tidak memiliki semangat, jera, dan jengkel. Dari perlakuan yang
diterimnya itu, maka siswa ini dapat menimbulkan menurunnya prestasi belajarnya.
3.
Memberikan
Peningkatan Motivasi Belajar
Memberikan peningkatan motivasi belajar kepada siswa secara konsisten dan
kontinu, merupakan suatu usaha yang harus dilakukan guru kepada siswanya agar
siswanya dapat termotivasi untuk lebih giat dalam belajar dan mengikuti
pelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan guru yaitu dengan.
a.
Memberikan
penjelasan tentang tujuan-tujuan belajar. Siswa akan merasa tertarik untuk
mengikuti pelajaran bila siswa dapat mengetahui tujuan yang akan diperolehnya
setelah ia mengikuti pelajaran.
b.
Guru dapat
menyesuaikan metode,strategi dan model
pembelajaran yang menyesuaikan dengan bakat, minat
dan kemampuan siswa.
c.
Guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memberi tantangan, rangsangan, dan
tentunya menyenagkan siswa.
d.
Jika
diperlukan, guru dapat memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (yang bersifat
membimbing ke arah peningkatan siswa).
e.
Guru diharapkan
dapat menciptakan suasana yang nyaman, hangat dan dinamis antara guru dan siswa, siswa dan siswa baik di kelas
maupun di luar kelas.
f.
Hindarkan
pemberian suasana belajar yang dapat memberi tekanan, mengecewakan,
membingungkan dan menjengkelkan siswa.
g.
Sekolah
senantiasa dapat melengkapi sumber, media, sarana dan prasarana belajar yang
mendukung siswa.
h.
Mempelajari
hasil belajar yang diperoleh
4.
Memberikan
Peningkatan Keterampilan Belajar
Pemberian peningkatan keterampilan belajar pada siswa dapat diberikan
kepada siswa untuk mengasah keterampilan dan bakat yang dimilikinya. Memberikan
keterampilan belajar pada siswa merupakan usaha untuk membantu siswa supaya
aktif menggali dan mandiri dalam proses belajarnya.
Hal yang dapat dilakukan guru yaitu.
a. Membuat catatan ketika guru mengajar
b. Membuat ringkasan dari bacaan yang
sudah dibacanya.
c. Mengerjakan latihan-latihan soal
5.
Memberikan
Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Yang Baik
Siswa sekolah dasar merupakan individu yang sangat unik dan memiliki
karakter yang berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain. Karena itu,
tidak tertutup kemungkinan adanya siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan
belajar yang tidak sesuai harapan. Siswa dengan sikap yang tidak baik, dapat
dikwatirkan tidak dapat mencapai prestasi belajarnya dengan baik. Hasil belajar
yang baik dan optimal dapat diperoleh dengan usaha yang dilakukan oleh siswa
yang baik pula. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak serta tumbuh secara
kebetulan, namun perlu proses penumbuhan dan bantuan yang terencana, dan
tersusun, terutama oleh para guru kelas sebagai wali kelasnya dan juga peran
orang tua sebagai pendidikan dalam keluarga.
Cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan
belajar siswa yang baik adalah.
a.
Membantu siswa
dalam menyusun rencana yang baik. Rencana yang dimaksud ini memuat tentang
pokok dan subpokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan yang akan dicapai.
b.
Membantu siswa
mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. dalam hal ini guru memberi
bimbingan tentang hal-hal apa saja yang harus dikerjakan sebelum mengikuti
proses belajar mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat materi yang
disampaikan guru, dan kegiatan yang harus dilakukan setelah mengikuti proses
pembelajaran.
c.
Memberi
pelatihan dengan cara membaca dengan cepat. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengarahkan siswa untuk dapat mencari dan menggali informasi atau pengetahuan
dari berbagai sumber belajar yang dibacanya.
d.
Memberikan
pelatihan kepada siswa untuk dapat mempelajari buku pelajaran dengan efektif
dan efisien.
e.
Membiasakan
siswa untuk selalu mengerjakan tugas secara teratur, bersih dan rapi.
f.
Membuat dan
memantau serta mengawasi siswa secara berkesinambungan untuk mematuhi jadwal
belajar yang sudah ditetapkan bersama guru dan siswa.
g.
Memantau dan
memeriksa perkembangan secara wajar dan kesehatan siswa dengan cara memindahkan
tempat duduk siswa secara berkala, membetulkan tempat duduk siswa yang terlalu
membungkuk atau jarak mata dengan buku yang kurang baik, memeriksa kuku dan
lain-lain.
h.
Membantu siswa
mempersiapkan diri dalam mengikuti ujian dengan cara memberikan bimbingan dalam
persiapan mental, penguasaan bahan ajar, cara-cara dalam menjawab soal ujian.
Bila cara-cara tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik, maka harapannya semoga siswa-siswi sekolah dasar memiliki minat
belajar yang tinggi dan tidak memiliki hambatan dan kesulitan dalam belajar.
Sehingga nantinya dapat menjadi penerus bangsa yang cakap, terampil dan berbudi
pekerti yang baik, sarta mampu menyelesaikan tiap aspek persoalan bangsa di
masa mendatang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah
belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa sehingga
dapat menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan dan
memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan tetapi
juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata
normal atau tinggi.
B.
Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Daftar Pustaka
Sofah,
Rahmi. 2005. Bahan Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Dosen
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran
Terprogram. Jakarta: RAJAWALI PERS.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment