Home
  • Kumpulan Makalah
  • Kumpulan Chord Gitar
  • Tips Dan Trik
  • About
  • Kontak
  • Disclaimer

Tampat Balajar

Home » masalah-masalah belajar » Makalah Masalah-masalah Belajar

Monday, September 23, 2019


sumber : pixabay.com

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam upaya meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh  perubahan dan  peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri.
Belajar adalah salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Tujuan belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau memperoleh pengetahuan yang tercantum melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan intelektual yang dimilikinya.
Biasanya kemampuan siswa dalam belajar seringkali dikaitkan dengan kemampuan intelektualnya. Pengukuran kemampuan intelektual ini ditunjukkan oleh hasil tes IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual. Siswa dengan IQ > 110 tergolong kedalam siswa dengan kemampuan diatas rata-rata, siswa dengan rentang IQ 90-109 tergolong kedalam rata-rata normal, dan IQ < 90 tergolong kedalam rata-rata rendah atau siswa dengan kemampuan rendah.
Ada siswa dengan kecerdasan intelektual diatas rata-rata/rata-rata tinggi namun tidak menunjukkan prestasi yang memuaskan yang sesuai dengan kemampuannya yang diharapkan dalam belajar. Kemudian ada siswa yang mendapatkan kesempatan yang baik dalam belajar, dengan kemampuan yang cukup baik, namun tidak menunjukkan prestasi yang cukup baik dalam belajar. Dan ada pula siswa yang sangat bersungguh-sungguh dalam belajar dengan kemampuan yang kurang dan prestasi belajarnya tetap saja kurang.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hambatan dan masalah dalam proses belajar siswa itu sendiri, baik dalam prosesnya di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, guru selaku pendidik dituntut untuk selalu dpat memberikan dorongan/motivasi kepada siswanya yang kurang bersemangat dalam belajar dan meberikan solusi terhadap permasalahan belajar yang dihadapi siswanya.

B.      Rumusan masalah
1.        Apa pengertian masalah belajar ?
2.        Apa sajakah jenis-jenis masalah belajar ?
3.        Bagaimana cara mengungkapkan masalah belajar ?
4.        Upaya apa saja yang harus dilakukan untuk menangani masalah belajar ?

C.      Tujuan
1.        Agar mengetahui pengertian dari masalah belajar
2.        Agar mengetahui apa saja jenis-jenis masalah belajar
3.        Agar bisa mengetahui bagaimana cara mengungkap masalah belajar
4.        Agar mengetahui apa saja yang harus dilakukan untuk menangani masalah belajar




BAB II
PEMBAHASAN
1.        Pengertian masalah belajar
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.  “Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut (Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai atau cerdas.
2.        Jenis-jenis masalah belajar

Dalam pengertian masalah belajar di atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis siswa yang mengalami permasalahan dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
1.        Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama. Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang studi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian) siswa di dalam kelas. Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria tersebut, maka yang bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran tersebut.
2.        Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak menggunakan kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa yang terdapat dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupan kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa yang seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa menerima kondisi sekitarnya.
3.        Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi diatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal. Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yang dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan tingkat intelegensi seperti itu, yang bersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih.
4.        Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang mengalami kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran. Seringkali Guru kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan pelajaran tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah semacam ini.
5.        Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi siswa yang kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi atau lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan belajar siswa. Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam proses belajar anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga belajar menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang merupakan media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi siswa itu sendiri.
6.        Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya. Besarnya kesempatan yang diberikan oleh Guru untuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang terlalu disiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian (attention) yang seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7.        Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya. Seringkali materi pelajaran yang telah disampaikan oleh Guru pada pertemuan jauh sebelumnya kemudian siswa dituntut  untuk mengikuti dan menguasai materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan si siswa menjadi tertekan dan terbebani oleh materi belajar yang banyak.
8.        Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial. Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak seumuran dan tidak mengeyam bangku pendidikan menyebabkan si anak atau siswa terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan yang serampangan, seperti berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang lebih tua, sering membuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat. Kemudian siswa yang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut kedalam lingkungan sekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman lainnya terpengaruh dengan pola perilakunya, baik dalam berbicara ataupun dalam memperlakukan orang lain.
3.        Cara mengungkap masalah belajar
Banyak cara dalam mengungkapkan masalah/kesulitan belajar diantaranya:
1.        Pengamatan langsung ( observasi ) pengamatan merupakan teknik untuk merekam secara langsung kegiatan-kegiatan yang sedang terjadi. Pengamatan dapat dilaksanakan dengan berencana atau isidentil. Pengamatan berencana telah dipersiapkan secara sistematik baik mengenai waktunya, alatnya, maupun aspek-aspek yang akan diamati. Pengamatan isidentil dilakukan sewaktu-waktu bila terjadi suatu kejadian yang menarik. Agar data yang dikumpulkan dengan pengamatan dapat dicatat dengan sebaik-baiknya diperlukan pedoman pengamatan. Bentuk-bentuk pedoman pengamatan antara lain :
-            Catatan anekdot (anecdotal record)
-            Daftar cek (check list)
-            Skala penilaian (rating scale)
-            Pencatatan dengan menggunakan alat Guru juga selaku pengamat, melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik. Dalam pengamatan tersebut guru juga mewawancarai peserta didik atau teman belajarnya. Bila sudah ditemukan, maka sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar.
2.        Pengungkapan Hasil Belajar Untuk mengungkapkan masalah/kesulitan belajar yang berhubungan dengan hasil belajar langkah berikutnya adalah pengolahan data. Data yang terkumpul dari kegiatan pengamatan/observasi tersebut, diolah secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Dalam pengolahan data, beberapa kegiatan yang dapat ditempuh antara lain adalah:
a)        Identifikasi kasus
b)        Membandingkan antar kasus
c)        Membandingkan dengan hasil tes, dan
d)       Menarik kesimpulan.
Dengan mengetahui gejala diatas, maka mudah kita dapat mengenal dan menemukan siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan beiajar.
3.        Tes Diagnotis
Tes diagnotis adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut Cronbach, tes adalah : suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakukan dari dua orang atau lebih.Untuk mengetahui peserta didik yang mengalami masalah/ kesulitan belajar sebaiknya tes buatan guru (teacher made test) yang dipergunakan, yaitu tes diagnoting (tes psikologis), sebab yang mengalami kesulitan belajar itu disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat/ minat, mentalnya minder, dan Iain-lain sehingga diperlukan tes psikologis.
4.        Tes Bakat/ Minat.
Tes-tes Intelegensi, tes bakat, tes kepribadian dan watak dan juga tes- tes pekerjaan keahlian ternyata dapat menghasilkan petunjuk-petunjuk terhadap tingkat ebilitas khusus individu, dengan kata lain hasil dari tes-tes tersebut diperoleh beberapa tingkat penafsiran yang reliable,diantaranya adalah :
1.        Tes bakat akademik / academic aptitude
2.        Tes kesenian dan musik/art and musiG aptitude
3.        Tes bakat mekanis/mechanical aptitude
4.        Tes bakat administrasi/clerical aptitude
5.        Tes bakat untuk pekerjaan keahlian / aptitude for professional work
6.        Daftar minat/interest inventories
7.        Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar Sikap peserta didik, yang negatif terlihat dalam suatu pembelajaran, menunjukkan, diantaranya adalah :
-       Sikap acuh tak acuh dan berpura-pura.
-       Tidak suka dengan kepribadian guru dan metode/ pendekatan dalam pelaksanaan KBM.
-       Tidak suka pada mata pelajaran tertentu.
-       Sering menganggap remeh suatu persoalan
4.        Upaya menangani masalah belajar
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi masalah belajar pada siswa sekolah dasar adalah sebagai berikut di bawah ini.
1.        Pemberian Pengajaran Perbaikan
Pemberian Pengajaran Perbaikan Bermaksud untuk memberikan penyembuhan atau pembetulan terhadap perolehan hasil belajar siswa yang mengalami penurunan atau kurang memuaskan, dengan tujuan agar siswa dengan pemberian pengajaran perbaikan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pemberian pengajaran perbaikan merupakan pemberian suatu pengajaran kepada siswa atau sekelompok siswa yang mempunyai permasalahan belajar agar permasalahan dan kesalahan yang dihadapi siswa tersebut dalam hasil belajarnya dapat diperbaiki.
Dalam pelaksanaannya, pemberian pengajaran perbaikan disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang permasalahan yang dihadapi siswa. Oleh karena itu, pemberian pengajaran perbaikan bersifat lebih khusus dibanding dengan pengajaran pada biasanya. Selain itu, siswa yang mempunyai permasalahan belajar dengan siswa yang mengikuti pelajaran di kelas pada biasanya memiliki sedikit perbedaan, yaitu jika di dalam kelas biasanya, unsur emosionalnya dapat dikurangi, namun sebaliknya, pada siswa yang mempunyai permasalahan belajar memiliki perasaan yang takut, cemas, kadang tidak tenteram, bingung dan bahkan bimbang.
2.        Melakukan Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah suatu bentuk layanan yang diberikan kepada siswa atau sekelompok siswa yang belajarnya sangat cepat. Hal ini bertujuan untuk memberikan tugas-tugas tambahan untuk menambah dan memperluas pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dalam kegiatan pembelajaran pada sebelumnya. Kegiatan pengayaan diberikan kepada siswa yang cepat belajar, karena siswa yang demikian ini selalu dapat mengerjakan tugasnya dengan cepat dibanding dengan teman-temannya yang lain. Bagi siswa yang memiliki kemampuan tersebut, tentunya akan mempunyai dampak yang positif apabila siswa tersebut diberikan perhatian dan penghargaan atas keberhasilan serta kemampuannya dalam belajarnya tersebut. dengan demikian, siswa tersebut akan berusaha untuk tetap mencapai apa yang dimiliki atas prestasinya. Jika siswa yang memiliki cepat belajar tersebut kurang diperhatikan dan bahkan kurang dihargai, maka siswa tersebut dapat berdampak negatif pada perkembangan selanjutnya, seperti menjadi seseorang yang patah hati, tidak memiliki semangat, jera, dan jengkel. Dari perlakuan yang diterimnya itu, maka siswa ini dapat menimbulkan menurunnya prestasi belajarnya.
3.        Memberikan Peningkatan Motivasi Belajar
Memberikan peningkatan motivasi belajar kepada siswa secara konsisten dan kontinu, merupakan suatu usaha yang harus dilakukan guru kepada siswanya agar siswanya dapat termotivasi untuk lebih giat dalam belajar dan mengikuti pelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan guru yaitu dengan.
a.         Memberikan penjelasan tentang tujuan-tujuan belajar. Siswa akan merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran bila siswa dapat mengetahui tujuan yang akan diperolehnya setelah ia mengikuti pelajaran.
b.        Guru dapat menyesuaikan metode,strategi dan model pembelajaran yang menyesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan siswa.
c.         Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memberi tantangan, rangsangan, dan tentunya menyenagkan siswa.
d.        Jika diperlukan, guru dapat memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (yang bersifat membimbing ke arah peningkatan siswa).
e.         Guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang nyaman, hangat dan dinamis antara guru dan siswa, siswa dan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
f.         Hindarkan pemberian suasana belajar yang dapat memberi tekanan, mengecewakan, membingungkan dan menjengkelkan siswa.
g.        Sekolah senantiasa dapat melengkapi sumber, media, sarana dan prasarana belajar yang mendukung siswa.
h.        Mempelajari hasil belajar yang diperoleh
4.        Memberikan Peningkatan Keterampilan Belajar
Pemberian peningkatan keterampilan belajar pada siswa dapat diberikan kepada siswa untuk mengasah keterampilan dan bakat yang dimilikinya. Memberikan keterampilan belajar pada siswa merupakan usaha untuk membantu siswa supaya aktif menggali dan mandiri dalam proses belajarnya.
Hal yang dapat dilakukan guru yaitu.
   a.       Membuat catatan ketika guru mengajar
   b.      Membuat ringkasan dari bacaan yang sudah dibacanya.
   c.        Mengerjakan latihan-latihan soal
5.        Memberikan Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Yang Baik
Siswa sekolah dasar merupakan individu yang sangat unik dan memiliki karakter yang berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain. Karena itu, tidak tertutup kemungkinan adanya siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang tidak sesuai harapan. Siswa dengan sikap yang tidak baik, dapat dikwatirkan tidak dapat mencapai prestasi belajarnya dengan baik. Hasil belajar yang baik dan optimal dapat diperoleh dengan usaha yang dilakukan oleh siswa yang baik pula. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak serta tumbuh secara kebetulan, namun perlu proses penumbuhan dan bantuan yang terencana, dan tersusun, terutama oleh para guru kelas sebagai wali kelasnya dan juga peran orang tua sebagai pendidikan dalam keluarga.
Cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar siswa yang baik adalah.
a.         Membantu siswa dalam menyusun rencana yang baik. Rencana yang dimaksud ini memuat tentang pokok dan subpokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan yang akan dicapai.
b.        Membantu siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. dalam hal ini guru memberi bimbingan tentang hal-hal apa saja yang harus dikerjakan sebelum mengikuti proses belajar mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat materi yang disampaikan guru, dan kegiatan yang harus dilakukan setelah mengikuti proses pembelajaran.
c.         Memberi pelatihan dengan cara membaca dengan cepat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengarahkan siswa untuk dapat mencari dan menggali informasi atau pengetahuan dari berbagai sumber belajar yang dibacanya.
d.        Memberikan pelatihan kepada siswa untuk dapat mempelajari buku pelajaran dengan efektif dan efisien.
e.         Membiasakan siswa untuk selalu mengerjakan tugas secara teratur, bersih dan rapi.
f.         Membuat dan memantau serta mengawasi siswa secara berkesinambungan untuk mematuhi jadwal belajar yang sudah ditetapkan bersama guru dan siswa.
g.        Memantau dan memeriksa perkembangan secara wajar dan kesehatan siswa dengan cara memindahkan tempat duduk siswa secara berkala, membetulkan tempat duduk siswa yang terlalu membungkuk atau jarak mata dengan buku yang kurang baik, memeriksa kuku dan lain-lain.
h.        Membantu siswa mempersiapkan diri dalam mengikuti ujian dengan cara memberikan bimbingan dalam persiapan mental, penguasaan bahan ajar, cara-cara dalam menjawab soal ujian.
Bila cara-cara tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka harapannya semoga siswa-siswi sekolah dasar memiliki minat belajar yang tinggi dan tidak memiliki hambatan dan kesulitan dalam belajar. Sehingga nantinya dapat menjadi penerus bangsa yang cakap, terampil dan berbudi pekerti yang baik, sarta mampu menyelesaikan tiap aspek persoalan bangsa di masa mendatang.




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa sehingga dapat menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan dan memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan tetapi juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata normal atau tinggi.

B.       Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.




Daftar Pustaka
Sofah, Rahmi. 2005. Bahan Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran Terprogram. Jakarta: RAJAWALI PERS.




Potoutusan Group September 23, 2019 CB Blogger Indonesia

Makalah Masalah-masalah Belajar

Posted by Potoutusan Group on Monday, September 23, 2019

sumber : pixabay.com

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam upaya meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh  perubahan dan  peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri.
Belajar adalah salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Tujuan belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau memperoleh pengetahuan yang tercantum melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan intelektual yang dimilikinya.
Biasanya kemampuan siswa dalam belajar seringkali dikaitkan dengan kemampuan intelektualnya. Pengukuran kemampuan intelektual ini ditunjukkan oleh hasil tes IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual. Siswa dengan IQ > 110 tergolong kedalam siswa dengan kemampuan diatas rata-rata, siswa dengan rentang IQ 90-109 tergolong kedalam rata-rata normal, dan IQ < 90 tergolong kedalam rata-rata rendah atau siswa dengan kemampuan rendah.
Ada siswa dengan kecerdasan intelektual diatas rata-rata/rata-rata tinggi namun tidak menunjukkan prestasi yang memuaskan yang sesuai dengan kemampuannya yang diharapkan dalam belajar. Kemudian ada siswa yang mendapatkan kesempatan yang baik dalam belajar, dengan kemampuan yang cukup baik, namun tidak menunjukkan prestasi yang cukup baik dalam belajar. Dan ada pula siswa yang sangat bersungguh-sungguh dalam belajar dengan kemampuan yang kurang dan prestasi belajarnya tetap saja kurang.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hambatan dan masalah dalam proses belajar siswa itu sendiri, baik dalam prosesnya di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, guru selaku pendidik dituntut untuk selalu dpat memberikan dorongan/motivasi kepada siswanya yang kurang bersemangat dalam belajar dan meberikan solusi terhadap permasalahan belajar yang dihadapi siswanya.

B.      Rumusan masalah
1.        Apa pengertian masalah belajar ?
2.        Apa sajakah jenis-jenis masalah belajar ?
3.        Bagaimana cara mengungkapkan masalah belajar ?
4.        Upaya apa saja yang harus dilakukan untuk menangani masalah belajar ?

C.      Tujuan
1.        Agar mengetahui pengertian dari masalah belajar
2.        Agar mengetahui apa saja jenis-jenis masalah belajar
3.        Agar bisa mengetahui bagaimana cara mengungkap masalah belajar
4.        Agar mengetahui apa saja yang harus dilakukan untuk menangani masalah belajar




BAB II
PEMBAHASAN
1.        Pengertian masalah belajar
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.  “Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut (Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai atau cerdas.
2.        Jenis-jenis masalah belajar

Dalam pengertian masalah belajar di atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis siswa yang mengalami permasalahan dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
1.        Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama. Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang studi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian) siswa di dalam kelas. Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria tersebut, maka yang bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran tersebut.
2.        Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak menggunakan kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa yang terdapat dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupan kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa yang seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa menerima kondisi sekitarnya.
3.        Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi diatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal. Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yang dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan tingkat intelegensi seperti itu, yang bersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih.
4.        Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang mengalami kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran. Seringkali Guru kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan pelajaran tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah semacam ini.
5.        Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi siswa yang kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi atau lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan belajar siswa. Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam proses belajar anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga belajar menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang merupakan media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi siswa itu sendiri.
6.        Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya. Besarnya kesempatan yang diberikan oleh Guru untuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang terlalu disiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian (attention) yang seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7.        Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya. Seringkali materi pelajaran yang telah disampaikan oleh Guru pada pertemuan jauh sebelumnya kemudian siswa dituntut  untuk mengikuti dan menguasai materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan si siswa menjadi tertekan dan terbebani oleh materi belajar yang banyak.
8.        Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial. Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak seumuran dan tidak mengeyam bangku pendidikan menyebabkan si anak atau siswa terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan yang serampangan, seperti berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang lebih tua, sering membuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat. Kemudian siswa yang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut kedalam lingkungan sekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman lainnya terpengaruh dengan pola perilakunya, baik dalam berbicara ataupun dalam memperlakukan orang lain.
3.        Cara mengungkap masalah belajar
Banyak cara dalam mengungkapkan masalah/kesulitan belajar diantaranya:
1.        Pengamatan langsung ( observasi ) pengamatan merupakan teknik untuk merekam secara langsung kegiatan-kegiatan yang sedang terjadi. Pengamatan dapat dilaksanakan dengan berencana atau isidentil. Pengamatan berencana telah dipersiapkan secara sistematik baik mengenai waktunya, alatnya, maupun aspek-aspek yang akan diamati. Pengamatan isidentil dilakukan sewaktu-waktu bila terjadi suatu kejadian yang menarik. Agar data yang dikumpulkan dengan pengamatan dapat dicatat dengan sebaik-baiknya diperlukan pedoman pengamatan. Bentuk-bentuk pedoman pengamatan antara lain :
-            Catatan anekdot (anecdotal record)
-            Daftar cek (check list)
-            Skala penilaian (rating scale)
-            Pencatatan dengan menggunakan alat Guru juga selaku pengamat, melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik. Dalam pengamatan tersebut guru juga mewawancarai peserta didik atau teman belajarnya. Bila sudah ditemukan, maka sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar.
2.        Pengungkapan Hasil Belajar Untuk mengungkapkan masalah/kesulitan belajar yang berhubungan dengan hasil belajar langkah berikutnya adalah pengolahan data. Data yang terkumpul dari kegiatan pengamatan/observasi tersebut, diolah secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Dalam pengolahan data, beberapa kegiatan yang dapat ditempuh antara lain adalah:
a)        Identifikasi kasus
b)        Membandingkan antar kasus
c)        Membandingkan dengan hasil tes, dan
d)       Menarik kesimpulan.
Dengan mengetahui gejala diatas, maka mudah kita dapat mengenal dan menemukan siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan beiajar.
3.        Tes Diagnotis
Tes diagnotis adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut Cronbach, tes adalah : suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakukan dari dua orang atau lebih.Untuk mengetahui peserta didik yang mengalami masalah/ kesulitan belajar sebaiknya tes buatan guru (teacher made test) yang dipergunakan, yaitu tes diagnoting (tes psikologis), sebab yang mengalami kesulitan belajar itu disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat/ minat, mentalnya minder, dan Iain-lain sehingga diperlukan tes psikologis.
4.        Tes Bakat/ Minat.
Tes-tes Intelegensi, tes bakat, tes kepribadian dan watak dan juga tes- tes pekerjaan keahlian ternyata dapat menghasilkan petunjuk-petunjuk terhadap tingkat ebilitas khusus individu, dengan kata lain hasil dari tes-tes tersebut diperoleh beberapa tingkat penafsiran yang reliable,diantaranya adalah :
1.        Tes bakat akademik / academic aptitude
2.        Tes kesenian dan musik/art and musiG aptitude
3.        Tes bakat mekanis/mechanical aptitude
4.        Tes bakat administrasi/clerical aptitude
5.        Tes bakat untuk pekerjaan keahlian / aptitude for professional work
6.        Daftar minat/interest inventories
7.        Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar Sikap peserta didik, yang negatif terlihat dalam suatu pembelajaran, menunjukkan, diantaranya adalah :
-       Sikap acuh tak acuh dan berpura-pura.
-       Tidak suka dengan kepribadian guru dan metode/ pendekatan dalam pelaksanaan KBM.
-       Tidak suka pada mata pelajaran tertentu.
-       Sering menganggap remeh suatu persoalan
4.        Upaya menangani masalah belajar
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi masalah belajar pada siswa sekolah dasar adalah sebagai berikut di bawah ini.
1.        Pemberian Pengajaran Perbaikan
Pemberian Pengajaran Perbaikan Bermaksud untuk memberikan penyembuhan atau pembetulan terhadap perolehan hasil belajar siswa yang mengalami penurunan atau kurang memuaskan, dengan tujuan agar siswa dengan pemberian pengajaran perbaikan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pemberian pengajaran perbaikan merupakan pemberian suatu pengajaran kepada siswa atau sekelompok siswa yang mempunyai permasalahan belajar agar permasalahan dan kesalahan yang dihadapi siswa tersebut dalam hasil belajarnya dapat diperbaiki.
Dalam pelaksanaannya, pemberian pengajaran perbaikan disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang permasalahan yang dihadapi siswa. Oleh karena itu, pemberian pengajaran perbaikan bersifat lebih khusus dibanding dengan pengajaran pada biasanya. Selain itu, siswa yang mempunyai permasalahan belajar dengan siswa yang mengikuti pelajaran di kelas pada biasanya memiliki sedikit perbedaan, yaitu jika di dalam kelas biasanya, unsur emosionalnya dapat dikurangi, namun sebaliknya, pada siswa yang mempunyai permasalahan belajar memiliki perasaan yang takut, cemas, kadang tidak tenteram, bingung dan bahkan bimbang.
2.        Melakukan Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah suatu bentuk layanan yang diberikan kepada siswa atau sekelompok siswa yang belajarnya sangat cepat. Hal ini bertujuan untuk memberikan tugas-tugas tambahan untuk menambah dan memperluas pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dalam kegiatan pembelajaran pada sebelumnya. Kegiatan pengayaan diberikan kepada siswa yang cepat belajar, karena siswa yang demikian ini selalu dapat mengerjakan tugasnya dengan cepat dibanding dengan teman-temannya yang lain. Bagi siswa yang memiliki kemampuan tersebut, tentunya akan mempunyai dampak yang positif apabila siswa tersebut diberikan perhatian dan penghargaan atas keberhasilan serta kemampuannya dalam belajarnya tersebut. dengan demikian, siswa tersebut akan berusaha untuk tetap mencapai apa yang dimiliki atas prestasinya. Jika siswa yang memiliki cepat belajar tersebut kurang diperhatikan dan bahkan kurang dihargai, maka siswa tersebut dapat berdampak negatif pada perkembangan selanjutnya, seperti menjadi seseorang yang patah hati, tidak memiliki semangat, jera, dan jengkel. Dari perlakuan yang diterimnya itu, maka siswa ini dapat menimbulkan menurunnya prestasi belajarnya.
3.        Memberikan Peningkatan Motivasi Belajar
Memberikan peningkatan motivasi belajar kepada siswa secara konsisten dan kontinu, merupakan suatu usaha yang harus dilakukan guru kepada siswanya agar siswanya dapat termotivasi untuk lebih giat dalam belajar dan mengikuti pelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan guru yaitu dengan.
a.         Memberikan penjelasan tentang tujuan-tujuan belajar. Siswa akan merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran bila siswa dapat mengetahui tujuan yang akan diperolehnya setelah ia mengikuti pelajaran.
b.        Guru dapat menyesuaikan metode,strategi dan model pembelajaran yang menyesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan siswa.
c.         Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memberi tantangan, rangsangan, dan tentunya menyenagkan siswa.
d.        Jika diperlukan, guru dapat memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (yang bersifat membimbing ke arah peningkatan siswa).
e.         Guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang nyaman, hangat dan dinamis antara guru dan siswa, siswa dan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
f.         Hindarkan pemberian suasana belajar yang dapat memberi tekanan, mengecewakan, membingungkan dan menjengkelkan siswa.
g.        Sekolah senantiasa dapat melengkapi sumber, media, sarana dan prasarana belajar yang mendukung siswa.
h.        Mempelajari hasil belajar yang diperoleh
4.        Memberikan Peningkatan Keterampilan Belajar
Pemberian peningkatan keterampilan belajar pada siswa dapat diberikan kepada siswa untuk mengasah keterampilan dan bakat yang dimilikinya. Memberikan keterampilan belajar pada siswa merupakan usaha untuk membantu siswa supaya aktif menggali dan mandiri dalam proses belajarnya.
Hal yang dapat dilakukan guru yaitu.
   a.       Membuat catatan ketika guru mengajar
   b.      Membuat ringkasan dari bacaan yang sudah dibacanya.
   c.        Mengerjakan latihan-latihan soal
5.        Memberikan Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Yang Baik
Siswa sekolah dasar merupakan individu yang sangat unik dan memiliki karakter yang berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain. Karena itu, tidak tertutup kemungkinan adanya siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang tidak sesuai harapan. Siswa dengan sikap yang tidak baik, dapat dikwatirkan tidak dapat mencapai prestasi belajarnya dengan baik. Hasil belajar yang baik dan optimal dapat diperoleh dengan usaha yang dilakukan oleh siswa yang baik pula. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak serta tumbuh secara kebetulan, namun perlu proses penumbuhan dan bantuan yang terencana, dan tersusun, terutama oleh para guru kelas sebagai wali kelasnya dan juga peran orang tua sebagai pendidikan dalam keluarga.
Cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar siswa yang baik adalah.
a.         Membantu siswa dalam menyusun rencana yang baik. Rencana yang dimaksud ini memuat tentang pokok dan subpokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan yang akan dicapai.
b.        Membantu siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. dalam hal ini guru memberi bimbingan tentang hal-hal apa saja yang harus dikerjakan sebelum mengikuti proses belajar mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat materi yang disampaikan guru, dan kegiatan yang harus dilakukan setelah mengikuti proses pembelajaran.
c.         Memberi pelatihan dengan cara membaca dengan cepat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengarahkan siswa untuk dapat mencari dan menggali informasi atau pengetahuan dari berbagai sumber belajar yang dibacanya.
d.        Memberikan pelatihan kepada siswa untuk dapat mempelajari buku pelajaran dengan efektif dan efisien.
e.         Membiasakan siswa untuk selalu mengerjakan tugas secara teratur, bersih dan rapi.
f.         Membuat dan memantau serta mengawasi siswa secara berkesinambungan untuk mematuhi jadwal belajar yang sudah ditetapkan bersama guru dan siswa.
g.        Memantau dan memeriksa perkembangan secara wajar dan kesehatan siswa dengan cara memindahkan tempat duduk siswa secara berkala, membetulkan tempat duduk siswa yang terlalu membungkuk atau jarak mata dengan buku yang kurang baik, memeriksa kuku dan lain-lain.
h.        Membantu siswa mempersiapkan diri dalam mengikuti ujian dengan cara memberikan bimbingan dalam persiapan mental, penguasaan bahan ajar, cara-cara dalam menjawab soal ujian.
Bila cara-cara tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka harapannya semoga siswa-siswi sekolah dasar memiliki minat belajar yang tinggi dan tidak memiliki hambatan dan kesulitan dalam belajar. Sehingga nantinya dapat menjadi penerus bangsa yang cakap, terampil dan berbudi pekerti yang baik, sarta mampu menyelesaikan tiap aspek persoalan bangsa di masa mendatang.




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa sehingga dapat menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan dan memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan tetapi juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata normal atau tinggi.

B.       Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.




Daftar Pustaka
Sofah, Rahmi. 2005. Bahan Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran Terprogram. Jakarta: RAJAWALI PERS.




No comments :

Post a Comment

Subscribe to: Post Comments ( Atom )

Total Pageviews

Recent Posts

Popular Posts

  • Download Template Undangan Gratis Video dan Cetak (Format PPT dan PSD)
  • Modul 4 - Pelatihan Photoshop
  • Makalah Anabolisme Lipid
  • Termudah! 2 Cara Cek Spesifikasi Laptop/Komputer
  • Chord Guitar Amigdala - Kukira Kau Rumah
Powered by Blogger.

Report Abuse

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Popular Posts

  • Chord Gitar dan Lirik Enau - Negara Lucu
    Capo : 2 [verse] C G C Sudut pandangku tentang mereka F G C Yang banyak tanya tanp...
  • Chord Gitar dan Lirik Chrisye - Damai Bersamamu
    Intro : C G F G C G Am G F C C                      G                      C Aku Termenung Di Bawah Mentari F                        ...
  • Chord Gitar dan Lirik Lagu Enau - Krisis Solusi
    Intro : Bm [Verse 1]   Bm    E Lampu sen kiri belok kekanan     F#m Siapa yang pernah melakukannya   Bm    E Dikasi halal mau ...
  • Chord Gitar dan Lirik Enau - Warung Kopi
    Intro : Am D G Bm Fm Am D         G                    C# Maju kena mundur kena               Am               D zaman banyak ken...
  • Makalah Anabolisme
    BAB I PENDAHULUAN   A.       Latar Belakang Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam organisme, termasuk yang terjadi di...
  • Chord Gitar dan Lirik Enau - Tanpa Koma
    Intro : Em - C - G 2x Verse I        Am Tanpa koma ku dibully       D      G Caci maki ku konsumsi        Am Fisik tolak ukur mer...
  • Makalah Makanan, Kesehatan, Penyakit Dan Pencegahannya
    BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan sehari-hari bagi manusia, Kesehatan merupakan hal terpenting dalam hidup ki...
Terimakasih Telah Berkunjung Ke Blog Kami :)

Loading...

Copyright © Tampat Balajar. All rights reserved