Home
» Tugas Mata Kuliah
» Makalah Perkembangan Konsep Ejaan dan Ruanglip Ejaan Yang Disempurnakan Sebagai Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia (Pengoptimalan EYD)
Thursday, July 4, 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang sangat indah. Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang kami beri judul perkembangan konsep ejaan dan ruanglip ejaan yang disempurnakan sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan tentang konsep ejaan, ejaan yang disempurnakan yang kami mulai dari sumber bahasa Indonesia, proses pemberian nama bahasa Indonesia, pertistiwaperistiwa penting yang berkaian dengan ejaan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya- karya kami dilain waktu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah yang paling baik dalam menunjukkan identitas kultural suatu bangsa. Dengan kata lain bahasa menunjukkan bangsa. Itu sebabnya penting bagi bangsa Melanesia melestarikan sekitar 250 bahasa etnisnya dari arus besar dominasi ‘bahasa Indonesia’. Sejauh mana dominasi itu? Apa dampaknya? Bagaimana proses historisnya? Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, penting sebagai upaya melestarikan identitas bangsa Melanesia, yang selama ini ‘lebur’ dalam “NKRI” dan dalam banyak hal justru mengalami Jawanisasi. Ini kontradiktif dengan gagasan Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang dari pada Republik ini sendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh sebelum Indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa pergaulan antar etnis (lingua franca) yang mampu merekatkan suku-suku di Indonesia. Dalam perdagangan dan penyebaran agama pun bahasa Indonesia mempunyai posisi yang penting. Deklarasi Sumpah Pemuda membuat semangat menggunakan bahasa Indonesia seperti ejaan yang semakin menggelora. Bahasa Indonesia dianjurkan untuk dipakai sebagai bahasa dalam pergaulan, juga bahasa sastra dan media cetak. Semangat nasionalisme yang tinggi membuat perkembangan bahasa Indonesia sangat pesat karena semua orang ingin menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa.
Maka dalam makalah ini kami mencoba untuk mensajikan pembahasan tentang sumber konsep ejaan dan ruang lingkup ejaan yang disempurnakan yang berkaitan dengan bahasa Indonesia.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan yaitu bagaimana mengoptimalkan konsep ejaan dan penggunaan EYD?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengoptimalkan konsep ejaan dan penggunaan EYD kepada yang membaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Ejaan
Menurut sejarah, bahasa Indonesia telah mengalami tiga kali perubahan pemakaian ejaan. Berikut ini deskripsi secara garis besar perkembangan ejaan bahasa Indonesia :
a) Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sejak tahun 1901. Ejaan ini sebagai hasil kerja sama Prof. Ch. Van Ophuijsen dengan bantuan Engku Nawawi dan Moh. Thaib Sultan Ibrahim. Hasil rumusan mereka dihimpun dalam buku Kitab Logat Melajoe.
b) Ejaan Soewandi atau ejaan Republik, yaitu ejaan yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh Soewandi sehingga ejaan yang sebenarnya bernama Ejaan Republik yang lebih dikenal dengan nama Ejaan Soewandi.
c) Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yaitu ejaan yang diresmikan pemakaiannya oleh Presiden RI pada tanggal 17 Agustus 1972. Proses penyusunan EYD terutama dilakukan oleh tim dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hasil kerja tersebut dibukukan dalam buku Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Ejaan
Ejaan adalah aturan atau kaidah tentang cara melambangkan gambar bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang, bunyi tersebut, pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa. Dari pengertian itu diketahui bahwa ejaan berarti mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca sebagai sarananya.
3.2 Ruang Lingkup EYD
Ruang Lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu:
A. Pemakaian Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf | Nama | Huruf | Nama | Huruf | Nama |
A a B b C c D d E e F f G g H h I i | A be ce de e ef ge ha i | J j K k L l M m N n O o P p Q q R r | je ka el em en o pe ki er | S s T t U u V v W w X x Y y Z z | es te u fe we eks ye zet |
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, u, o dan u.
Huruf Vokal | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
A | Api | padi | Lusa |
e* | Enak | petak | Sore |
Emas | kena | Tipe | |
I | Itu | simpan | Murni |
O | Oleh | kota | Radio |
U | Ulang | bumi | Ibu |
3. Huruf konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
Huruf Konsonan | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
B | Bahasa | sebut | Adab |
C | Cakap | kaca | - |
D | Dua | ada | Abad |
F | Fakir | kafir | Maaf |
G | Guna | tiga | Balig |
H | Hari | saham | Tuah |
J | Jalan | manja | Mikraj |
K | Kami | paksa | Sesak |
- | rakyat* | bapak* | |
L | Lekas | alas | Kesal |
M | Maka | kami | Diam |
N | Nama | anak | Daun |
P | Pasang | apa | Siap |
q** | Quran | furqan | - |
R | Raih | bara | Putar |
S | Sampai | asli | Lemas |
T | Tali | mata | Rapat |
V | Varia | lava | - |
W | Wanita | hawa | - |
x** | Xenon | - | - |
Y | Yakin | - | - |
Z | Zani | lazim | Juz |
4. Huruf diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan bunyi ai, au, dan oi.
Huruf Diftong | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
Ai | Ain | syaitan | Pandai |
Au | Aula | saudara | Harimau |
Oi | - | boikot | Amboi |
5. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
Gabung Huruf Konsonan | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
Kh | Khusus | akhir | Tarikh |
Ng | Ngilu | bangun | Senang |
Ny | Nyata | hanyut | - |
Sy | Syarat | isyarat | arasy |
6. Pemenggalan Kata*
1) Pemenggalan kata pada dasar dilakukan sebagai berikut.
i. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-l-a
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
ii. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, diantara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
iii. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan-huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di som-bong swas-ta
cap-lok Ap-ril bang-sa
makh-luk
iv. Jika di tengah kata ada tiga huruf buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men ul-tra
in-fra bang-krut
ben-trok ikh-las
2) Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan termasuk awalan yang mengalamai perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada penggantian baris.
Misalnya:
makan-an me-rasa-kan
mem-bantu pergi-lah
B. Penulisan Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar dan (2) penulisan huruf miring.
1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh:
Dia siswa yang pandai.
Apakah ahmad sudah berangakat?
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Lisa bertanya, “Mengapa anak-anak itu kelaparan?”
“Kemarin Dina pulang terlambat,” katanya.
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, agama, dan kitab suci.
Contoh:
Allah
Yang Mahakuasa
hamba-Mu
Islam
Alquran
Injil
Kristen
Hindu
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Rasulullah
Nabi Isa
Imam Ali
Kiai Haji Ahmad Dahlan
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Ketua MPR Amir Machmud
Jenderal Sumitro
Gubernur Jawa Timur
Departemen Keuangan
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Contoh:
Ampere
Mohammad Yamin
Dewi Sartika
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Batak Karo
bahasa Melayu
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
tahun Hijriyah
bulan Agustus
hari Natal
perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi, namun tidak dipakai sebagai huruf pertama geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Huruf kapital tidak pula dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Contoh:
Asia Tenggara daerah tenggara
Bukit Barisan pergi ke bukit
Danau Toba air danau
Gunung Kelud puncak gunung
Jalan Sudirman di tengah jalan
Kota Ambon pisang ambon
Ngarai Sianok daerah ngarai
Pulau Jawa gula jawa
Puncak Bogor menuju puncak
j) Huruf kapital dipakau sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Contoh:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Menteri Kehakiman dan HAM
Undang-undang Guru dan Dosen
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
Ia penulis buku Hak Gus Dur untuk Nyleneh
Siswa itu sedang menyusun makalah berjudl “Hak-hak Anak dalam Keluarga”.
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (doktor)
M.Pd. (magister pendidikan)
S.E. (sarjana ekonomi)
S.S. (sarjana sastra)
Tn. (Tuan)
Sdr. (saudara)
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, adik, dan paman yang dipakai dalam penyerapan dan pengacuan.
Contoh:
“Selamat siang, Pak?” ujar Alam.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyerapan.
Contoh:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
2. Huruf Miring
a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
buku Mukjizat Salat dan Doa
majalah Aku Anak Saleh
koran Republika
b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau menhkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemenggalan suku kata.
c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Lalat buah, Drosophila melanogaster, memiliki 13.600 gen.
Weltanschanug antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia.’
C. Penulisan Kata
Kaidah penulisan kata berkenaan dengan hal-hal berikut.
1. Kata dasar, adalah kata yang belum mengalami pengimbuhan, perulangan, ataupun pemajemukan. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: buku, itu, sangat, tebal.
2. Kata berimbuhan, adalah kata yang telah mengalami proses pemgimbuhan atau kata yang telah dilekati oleh imbuhan, baik itu yang berupa awalan, sisipan, dan akhiran. Penulisan kata berimbuhan, berlaku ketentuan-ketentuan berikut.
a. Antara imbuhan dengan kata dasarnya harus ditulis serangkai.
Contoh:
bergetar, sebar luaskan, menggarami.
b. Jika bentuk dasarnya berhuruf kapital, maka penulisan antara kedua unsur itu harus dituliskan kata penghubung.
Contoh:
se-Indonesia, pan-Afrikanisme.
c. Jika imbuhan itu dibutuhkan pada gabungan kata, maka gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh: garis bawah menggarisbawahi
tanggung jawab pertanggungjawaban
beri tahu memberitahukan
hidup mati menghidupmatikan
anak tiri dianaktirikan
3. Kata ulang, adalah kata yang mengalami proses perulangan, baik itu sebagian ataupun seluruhnya. Kata yang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda penghubung.
Contoh:
sayur-mayur, bolak-balik, tukar-menukar, tunggang-langgang.
4. Gabungan kata (kata majemuk), adalah kata yang dibentuk oleh dua kata atau lebih. Gabungan kata ditulis dengan ketentuan sebagai berikut.
· Secara umum gabungan kata ditulis terpisah.
Contoh: duta besar, kambing hitam, rumah sakit umum.
· Gabungan kata yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung.
Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-paru.
· Gabungan kata yang hubungan antarunsur-unsurnya sudah sangat erat ditulis serangkai.
Contoh:
acapkali barangkali daripada
adakalanya beasiswa darmabakti
akhirulkalam belasungkawa darmawisata
alhamdulillah bilamana dukacita
astagfirullah bismillah manakala
bagaimana bumiputra manasuka
5. Kata ganti ku-, kau-, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti dan yang diikutinya.
Contoh:
kubaca, kauambil, bukumu, rumahnya.
6. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti daripada dan kepada.
Contoh:
di rumah, ke sekolah dari kantor.
7. Kata si dan sang, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
si pengirim, sang kancil.
8. Pertikel, ditulis dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Partikel –lah, -kah, -pun, dan –tah, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: bacalah, apakah, kalaupun, apatah.
2) Partikel pun yang berarti ‘juga’ ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: Jika ayah berangkat, adik pun ingin berangkat.
3) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian yang mendahuluinya.
Contoh:
· Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
· Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
· Harga kain itu Rp. 65.000,00 per helai.
9. Singkatan, adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
1) Kata nama orang, gelar, sapaan, jabatan atau pangkat, disingkat dan diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
master of business administration M.B.A.
master of science M.Sc.
bapak Bpk.
2) Kata yang berhubungan dengan nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi, disingkat dengan menuliskan huruf kapital pada huruf awalnya, dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
Dewan Perwakilan Rakyat DPR
Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI
3) Urutan kata berikut disingkat dan diikuti tanda titik.
Misalnya:
dan lain-lain dll.
dan sebagainya dsb.
Yang terhormat Yth.
4) Lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang, disingkat tetapi tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
kuprum Cu
sentimeter cm
kilovolt-ampere kVa
kilogram kg
(lima ribu) rupiah Rp. 5.000,00
10. Akronim, adalah singkatan berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Jika dibandingkan dengan singkatan, akronim sudah berbentuk kata dan kadang-kadang penyingkatannya tidak berdasarkan pola tertentu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)
NATO (National Atlantics Treaty Organization)
UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh:
Sumut (Sumatera Utara)
Polri (Polisi Republik Indonesia)
Menakertrans (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi)
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya, ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu (pemilihan umum)
sembako (sembilan bahan pokok)
pungil (pungutan liar)
sukwan (sukarelawan)
D. Penulisan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun asing. Salah satu masalah yang dihadapi dalam penulisan unsur serapan tersebut adalah penyesuaian ejaan dari bahasa lain itu ke dalam bahasa Indonesia. Khususnya dengan bahasa asing, ejaan-ejannya itu memiliki banyak perbedaan dengan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
E. Penggunaan Tanda Baca
a. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 2008.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
· III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
· 1. Patokan umum
1.1 Isi karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk di antara para penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
5. i. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa
ii. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1999 di Bandung.
Nomor gironya 5645678
6. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Jusuf Kalla
Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD’ 45)
Salah Asuhan
7. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
April 2007
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif 43
Palembang
Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 71
Jakarta
b. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti i tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3) a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya:
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati ya, nanti jatuh.
6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”
7) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya, 10 mei 2004
Kuala Lumpur, Malaysia
8) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 2000. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT Pustaka Rakyat.
9) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
J.S. Badudu, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia. 2001), hlm 4.
10) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singakatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah , M.A.
11) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50
12) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak laki-laki yang makan sirih.
13) Tanda koma dapat dipakai - untuk menghindari salah baca - di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Atas bantuan Pak Asep, Juanda mengucapkan terima kasih.
Dalam mengelola kampung, kita perlu kerja sama dengan aparat dari desa.
14) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“Dimana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
c. Tanda Titik Koma (;)
1) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur;
Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengar siaran “Pilihan Pendengar”
d. Tanda Titik Dua (:)
1) a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelngkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan jurusan Ekonomi Perusahaan.
2) Tanda titik dua dipakai sesudah atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat Sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30
3) Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)
4) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (2001), 34:7
Surah Yassin: 9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
e. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-ga cara yang baru |
Suku kata yang berupa satu vocal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah i-tu telah disampaikan ….. Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-u beranjak ….. |
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ….. Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak ….. |
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-tu telah disampaikan ….. Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-u beranjak |
Akhiran –i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas. Kukuran baru ini memudahkan kita untuk mengukur kelapa. Senjata ini merupakan alat ypertahanan yang canggih. |
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada penulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua puluh lima-ribuan (20 5000)
tanggungjawab dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-lima-ribuan (25000)
tanggungjawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang di mulai dengan huruf capital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, dan (iv) singkatan berhuruf capital dengan imbuhan atau kata dan (v) nama jabatn rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia
se-Jawa Barat
hadiah ke-2
tahun 50-an
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
pen-tackle-an
f. Tanda Pisah (-)
1) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu--saya yakin akan tercapai--diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehinnga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini--evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom –
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya:
1928-1945
Tanggal 28-8-1945
Jakarta-Bandung
g. Tanda Elipsis (….)
1) Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2) Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….
h. Tanda Tanya (?)
1) Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
2) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1993 (?)
i. Pemakaian Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Merdeka!
j. Tanda Kurung ((…))
1) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
Misalnya:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
k. Tanda Kurung Siku ([…])
1) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemersik.
2) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
l. Tanda Petik (“…”)
1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.”
2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasution yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
4) Tanda petik petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
5) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapkan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena waktu kulitnya, budi mendapat julukan “Si hitam.”
m. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2) Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-bace balikan
n. Tanda Garis Miring
1) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin.
Misalnya:
No. 7/PK/2007
Jalan Kramat II/10
2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan ,atau tiap.
Misalnya:
Mahasiswa / mahasiswi
harganya Rp 150,00 / lembar
o. Tanda penyingkat atau Apostof (‘)
Tanda penyingkat atau apostof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali ‘kan kusurati (‘kan=akan)
1 Januari ’88 (‘88=1988)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep ejaan adalah aturan atau kaidah tentang cara melambangkan gambar bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antarlambang-lambang, bunyi tersebut, pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa. Dari pengertian itu diketahui bahwa ejaan berarti mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca sebagai sarananya, sedangkan Ruang Lingkup EYD yaitu dinilai dari pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan penggunaan tanda baca, pada setiap penjelasan telah dijelaskan secara detail tentang ke 5 (lima) aspek yang telah dirangkum pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
E Kosasi, (TAHUN). “1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia Untuk SMA / MA”.
E Kosasi, (TAHUN). “Kompetensi Ketatabahasaan Cermat Berbahasa Indonesia”.
Dr. Mansoer Pateda, 1995. “Kosa Kata dan Pengajarannya”.
Dr. Salam, 2013. “Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi”.
Potoutusan Group July 04, 2019 CB Blogger Indonesia
Makalah Perkembangan Konsep Ejaan dan Ruanglip Ejaan Yang Disempurnakan Sebagai Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia (Pengoptimalan EYD)
Posted by
Potoutusan Group on Thursday, July 4, 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang sangat indah. Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang kami beri judul perkembangan konsep ejaan dan ruanglip ejaan yang disempurnakan sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan tentang konsep ejaan, ejaan yang disempurnakan yang kami mulai dari sumber bahasa Indonesia, proses pemberian nama bahasa Indonesia, pertistiwaperistiwa penting yang berkaian dengan ejaan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya- karya kami dilain waktu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah yang paling baik dalam menunjukkan identitas kultural suatu bangsa. Dengan kata lain bahasa menunjukkan bangsa. Itu sebabnya penting bagi bangsa Melanesia melestarikan sekitar 250 bahasa etnisnya dari arus besar dominasi ‘bahasa Indonesia’. Sejauh mana dominasi itu? Apa dampaknya? Bagaimana proses historisnya? Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, penting sebagai upaya melestarikan identitas bangsa Melanesia, yang selama ini ‘lebur’ dalam “NKRI” dan dalam banyak hal justru mengalami Jawanisasi. Ini kontradiktif dengan gagasan Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang dari pada Republik ini sendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh sebelum Indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa pergaulan antar etnis (lingua franca) yang mampu merekatkan suku-suku di Indonesia. Dalam perdagangan dan penyebaran agama pun bahasa Indonesia mempunyai posisi yang penting. Deklarasi Sumpah Pemuda membuat semangat menggunakan bahasa Indonesia seperti ejaan yang semakin menggelora. Bahasa Indonesia dianjurkan untuk dipakai sebagai bahasa dalam pergaulan, juga bahasa sastra dan media cetak. Semangat nasionalisme yang tinggi membuat perkembangan bahasa Indonesia sangat pesat karena semua orang ingin menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa.
Maka dalam makalah ini kami mencoba untuk mensajikan pembahasan tentang sumber konsep ejaan dan ruang lingkup ejaan yang disempurnakan yang berkaitan dengan bahasa Indonesia.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan yaitu bagaimana mengoptimalkan konsep ejaan dan penggunaan EYD?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengoptimalkan konsep ejaan dan penggunaan EYD kepada yang membaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Ejaan
Menurut sejarah, bahasa Indonesia telah mengalami tiga kali perubahan pemakaian ejaan. Berikut ini deskripsi secara garis besar perkembangan ejaan bahasa Indonesia :
a) Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sejak tahun 1901. Ejaan ini sebagai hasil kerja sama Prof. Ch. Van Ophuijsen dengan bantuan Engku Nawawi dan Moh. Thaib Sultan Ibrahim. Hasil rumusan mereka dihimpun dalam buku Kitab Logat Melajoe.
b) Ejaan Soewandi atau ejaan Republik, yaitu ejaan yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh Soewandi sehingga ejaan yang sebenarnya bernama Ejaan Republik yang lebih dikenal dengan nama Ejaan Soewandi.
c) Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yaitu ejaan yang diresmikan pemakaiannya oleh Presiden RI pada tanggal 17 Agustus 1972. Proses penyusunan EYD terutama dilakukan oleh tim dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hasil kerja tersebut dibukukan dalam buku Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Ejaan
Ejaan adalah aturan atau kaidah tentang cara melambangkan gambar bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang, bunyi tersebut, pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa. Dari pengertian itu diketahui bahwa ejaan berarti mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca sebagai sarananya.
3.2 Ruang Lingkup EYD
Ruang Lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu:
A. Pemakaian Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf | Nama | Huruf | Nama | Huruf | Nama |
A a B b C c D d E e F f G g H h I i | A be ce de e ef ge ha i | J j K k L l M m N n O o P p Q q R r | je ka el em en o pe ki er | S s T t U u V v W w X x Y y Z z | es te u fe we eks ye zet |
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, u, o dan u.
Huruf Vokal | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
A | Api | padi | Lusa |
e* | Enak | petak | Sore |
Emas | kena | Tipe | |
I | Itu | simpan | Murni |
O | Oleh | kota | Radio |
U | Ulang | bumi | Ibu |
3. Huruf konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
Huruf Konsonan | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
B | Bahasa | sebut | Adab |
C | Cakap | kaca | - |
D | Dua | ada | Abad |
F | Fakir | kafir | Maaf |
G | Guna | tiga | Balig |
H | Hari | saham | Tuah |
J | Jalan | manja | Mikraj |
K | Kami | paksa | Sesak |
- | rakyat* | bapak* | |
L | Lekas | alas | Kesal |
M | Maka | kami | Diam |
N | Nama | anak | Daun |
P | Pasang | apa | Siap |
q** | Quran | furqan | - |
R | Raih | bara | Putar |
S | Sampai | asli | Lemas |
T | Tali | mata | Rapat |
V | Varia | lava | - |
W | Wanita | hawa | - |
x** | Xenon | - | - |
Y | Yakin | - | - |
Z | Zani | lazim | Juz |
4. Huruf diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan bunyi ai, au, dan oi.
Huruf Diftong | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
Ai | Ain | syaitan | Pandai |
Au | Aula | saudara | Harimau |
Oi | - | boikot | Amboi |
5. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
Gabung Huruf Konsonan | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
Kh | Khusus | akhir | Tarikh |
Ng | Ngilu | bangun | Senang |
Ny | Nyata | hanyut | - |
Sy | Syarat | isyarat | arasy |
6. Pemenggalan Kata*
1) Pemenggalan kata pada dasar dilakukan sebagai berikut.
i. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-l-a
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
ii. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, diantara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
iii. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan-huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di som-bong swas-ta
cap-lok Ap-ril bang-sa
makh-luk
iv. Jika di tengah kata ada tiga huruf buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men ul-tra
in-fra bang-krut
ben-trok ikh-las
2) Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan termasuk awalan yang mengalamai perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada penggantian baris.
Misalnya:
makan-an me-rasa-kan
mem-bantu pergi-lah
B. Penulisan Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar dan (2) penulisan huruf miring.
1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh:
Dia siswa yang pandai.
Apakah ahmad sudah berangakat?
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Lisa bertanya, “Mengapa anak-anak itu kelaparan?”
“Kemarin Dina pulang terlambat,” katanya.
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, agama, dan kitab suci.
Contoh:
Allah
Yang Mahakuasa
hamba-Mu
Islam
Alquran
Injil
Kristen
Hindu
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Rasulullah
Nabi Isa
Imam Ali
Kiai Haji Ahmad Dahlan
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Ketua MPR Amir Machmud
Jenderal Sumitro
Gubernur Jawa Timur
Departemen Keuangan
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Contoh:
Ampere
Mohammad Yamin
Dewi Sartika
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Batak Karo
bahasa Melayu
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
tahun Hijriyah
bulan Agustus
hari Natal
perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi, namun tidak dipakai sebagai huruf pertama geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Huruf kapital tidak pula dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Contoh:
Asia Tenggara daerah tenggara
Bukit Barisan pergi ke bukit
Danau Toba air danau
Gunung Kelud puncak gunung
Jalan Sudirman di tengah jalan
Kota Ambon pisang ambon
Ngarai Sianok daerah ngarai
Pulau Jawa gula jawa
Puncak Bogor menuju puncak
j) Huruf kapital dipakau sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Contoh:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Menteri Kehakiman dan HAM
Undang-undang Guru dan Dosen
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
Ia penulis buku Hak Gus Dur untuk Nyleneh
Siswa itu sedang menyusun makalah berjudl “Hak-hak Anak dalam Keluarga”.
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (doktor)
M.Pd. (magister pendidikan)
S.E. (sarjana ekonomi)
S.S. (sarjana sastra)
Tn. (Tuan)
Sdr. (saudara)
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, adik, dan paman yang dipakai dalam penyerapan dan pengacuan.
Contoh:
“Selamat siang, Pak?” ujar Alam.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyerapan.
Contoh:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
2. Huruf Miring
a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
buku Mukjizat Salat dan Doa
majalah Aku Anak Saleh
koran Republika
b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau menhkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemenggalan suku kata.
c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Lalat buah, Drosophila melanogaster, memiliki 13.600 gen.
Weltanschanug antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia.’
C. Penulisan Kata
Kaidah penulisan kata berkenaan dengan hal-hal berikut.
1. Kata dasar, adalah kata yang belum mengalami pengimbuhan, perulangan, ataupun pemajemukan. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: buku, itu, sangat, tebal.
2. Kata berimbuhan, adalah kata yang telah mengalami proses pemgimbuhan atau kata yang telah dilekati oleh imbuhan, baik itu yang berupa awalan, sisipan, dan akhiran. Penulisan kata berimbuhan, berlaku ketentuan-ketentuan berikut.
a. Antara imbuhan dengan kata dasarnya harus ditulis serangkai.
Contoh:
bergetar, sebar luaskan, menggarami.
b. Jika bentuk dasarnya berhuruf kapital, maka penulisan antara kedua unsur itu harus dituliskan kata penghubung.
Contoh:
se-Indonesia, pan-Afrikanisme.
c. Jika imbuhan itu dibutuhkan pada gabungan kata, maka gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh: garis bawah menggarisbawahi
tanggung jawab pertanggungjawaban
beri tahu memberitahukan
hidup mati menghidupmatikan
anak tiri dianaktirikan
3. Kata ulang, adalah kata yang mengalami proses perulangan, baik itu sebagian ataupun seluruhnya. Kata yang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda penghubung.
Contoh:
sayur-mayur, bolak-balik, tukar-menukar, tunggang-langgang.
4. Gabungan kata (kata majemuk), adalah kata yang dibentuk oleh dua kata atau lebih. Gabungan kata ditulis dengan ketentuan sebagai berikut.
· Secara umum gabungan kata ditulis terpisah.
Contoh: duta besar, kambing hitam, rumah sakit umum.
· Gabungan kata yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung.
Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-paru.
· Gabungan kata yang hubungan antarunsur-unsurnya sudah sangat erat ditulis serangkai.
Contoh:
acapkali barangkali daripada
adakalanya beasiswa darmabakti
akhirulkalam belasungkawa darmawisata
alhamdulillah bilamana dukacita
astagfirullah bismillah manakala
bagaimana bumiputra manasuka
5. Kata ganti ku-, kau-, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti dan yang diikutinya.
Contoh:
kubaca, kauambil, bukumu, rumahnya.
6. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti daripada dan kepada.
Contoh:
di rumah, ke sekolah dari kantor.
7. Kata si dan sang, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
si pengirim, sang kancil.
8. Pertikel, ditulis dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Partikel –lah, -kah, -pun, dan –tah, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: bacalah, apakah, kalaupun, apatah.
2) Partikel pun yang berarti ‘juga’ ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: Jika ayah berangkat, adik pun ingin berangkat.
3) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian yang mendahuluinya.
Contoh:
· Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
· Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
· Harga kain itu Rp. 65.000,00 per helai.
9. Singkatan, adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
1) Kata nama orang, gelar, sapaan, jabatan atau pangkat, disingkat dan diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
master of business administration M.B.A.
master of science M.Sc.
bapak Bpk.
2) Kata yang berhubungan dengan nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi, disingkat dengan menuliskan huruf kapital pada huruf awalnya, dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
Dewan Perwakilan Rakyat DPR
Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI
3) Urutan kata berikut disingkat dan diikuti tanda titik.
Misalnya:
dan lain-lain dll.
dan sebagainya dsb.
Yang terhormat Yth.
4) Lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang, disingkat tetapi tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
kuprum Cu
sentimeter cm
kilovolt-ampere kVa
kilogram kg
(lima ribu) rupiah Rp. 5.000,00
10. Akronim, adalah singkatan berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Jika dibandingkan dengan singkatan, akronim sudah berbentuk kata dan kadang-kadang penyingkatannya tidak berdasarkan pola tertentu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)
NATO (National Atlantics Treaty Organization)
UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh:
Sumut (Sumatera Utara)
Polri (Polisi Republik Indonesia)
Menakertrans (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi)
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya, ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu (pemilihan umum)
sembako (sembilan bahan pokok)
pungil (pungutan liar)
sukwan (sukarelawan)
D. Penulisan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun asing. Salah satu masalah yang dihadapi dalam penulisan unsur serapan tersebut adalah penyesuaian ejaan dari bahasa lain itu ke dalam bahasa Indonesia. Khususnya dengan bahasa asing, ejaan-ejannya itu memiliki banyak perbedaan dengan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
E. Penggunaan Tanda Baca
a. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 2008.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
· III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
· 1. Patokan umum
1.1 Isi karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk di antara para penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
5. i. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa
ii. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1999 di Bandung.
Nomor gironya 5645678
6. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Jusuf Kalla
Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD’ 45)
Salah Asuhan
7. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
April 2007
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif 43
Palembang
Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 71
Jakarta
b. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti i tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3) a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya:
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati ya, nanti jatuh.
6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”
7) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya, 10 mei 2004
Kuala Lumpur, Malaysia
8) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 2000. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT Pustaka Rakyat.
9) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
J.S. Badudu, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia. 2001), hlm 4.
10) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singakatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah , M.A.
11) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50
12) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak laki-laki yang makan sirih.
13) Tanda koma dapat dipakai - untuk menghindari salah baca - di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Atas bantuan Pak Asep, Juanda mengucapkan terima kasih.
Dalam mengelola kampung, kita perlu kerja sama dengan aparat dari desa.
14) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“Dimana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
c. Tanda Titik Koma (;)
1) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur;
Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengar siaran “Pilihan Pendengar”
d. Tanda Titik Dua (:)
1) a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelngkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan jurusan Ekonomi Perusahaan.
2) Tanda titik dua dipakai sesudah atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat Sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30
3) Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)
4) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (2001), 34:7
Surah Yassin: 9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
e. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-ga cara yang baru |
Suku kata yang berupa satu vocal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah i-tu telah disampaikan ….. Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-u beranjak ….. |
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ….. Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak ….. |
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-tu telah disampaikan ….. Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-u beranjak |
Akhiran –i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas. Kukuran baru ini memudahkan kita untuk mengukur kelapa. Senjata ini merupakan alat ypertahanan yang canggih. |
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada penulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua puluh lima-ribuan (20 5000)
tanggungjawab dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-lima-ribuan (25000)
tanggungjawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang di mulai dengan huruf capital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, dan (iv) singkatan berhuruf capital dengan imbuhan atau kata dan (v) nama jabatn rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia
se-Jawa Barat
hadiah ke-2
tahun 50-an
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
pen-tackle-an
f. Tanda Pisah (-)
1) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu--saya yakin akan tercapai--diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehinnga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini--evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom –
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya:
1928-1945
Tanggal 28-8-1945
Jakarta-Bandung
g. Tanda Elipsis (….)
1) Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2) Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….
h. Tanda Tanya (?)
1) Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
2) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1993 (?)
i. Pemakaian Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Merdeka!
j. Tanda Kurung ((…))
1) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
Misalnya:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
k. Tanda Kurung Siku ([…])
1) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemersik.
2) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
l. Tanda Petik (“…”)
1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.”
2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasution yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
4) Tanda petik petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
5) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapkan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena waktu kulitnya, budi mendapat julukan “Si hitam.”
m. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2) Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-bace balikan
n. Tanda Garis Miring
1) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin.
Misalnya:
No. 7/PK/2007
Jalan Kramat II/10
2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan ,atau tiap.
Misalnya:
Mahasiswa / mahasiswi
harganya Rp 150,00 / lembar
o. Tanda penyingkat atau Apostof (‘)
Tanda penyingkat atau apostof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali ‘kan kusurati (‘kan=akan)
1 Januari ’88 (‘88=1988)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep ejaan adalah aturan atau kaidah tentang cara melambangkan gambar bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antarlambang-lambang, bunyi tersebut, pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa. Dari pengertian itu diketahui bahwa ejaan berarti mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca sebagai sarananya, sedangkan Ruang Lingkup EYD yaitu dinilai dari pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan penggunaan tanda baca, pada setiap penjelasan telah dijelaskan secara detail tentang ke 5 (lima) aspek yang telah dirangkum pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
E Kosasi, (TAHUN). “1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia Untuk SMA / MA”.
E Kosasi, (TAHUN). “Kompetensi Ketatabahasaan Cermat Berbahasa Indonesia”.
Dr. Mansoer Pateda, 1995. “Kosa Kata dan Pengajarannya”.
Dr. Salam, 2013. “Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi”.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment